News  

Curhat Marshal Sirkuit Mandalika: Kami Disalahkan dan Disepelekan, Padahal Kami Kerja Panas-Panasan

Para marshal yang bertugas di sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat ternyata tak terima sempat disalahkan atas ditundanya gelaran Asia Talent Cup (ATC) yang sedianya digelar pada 12–14 November lalu.

Ini, setidaknya diungkapkan oleh Wardi, sebut saja begitu, salah seorang marshal yang bertugas di Sirkuit Mandalika.

“Marshal disepelekan dan disalahkan, padahal kami kerja panas-panasan,” keluh Wardi saat ditemui Kompas.tv di kawasan Kuta Mandalika, Lombok, Selasa petang (16/11/2021).

Menurut Wardi, ditundanya gelaran ATC lebih terkait karena waktu persiapan yang dinilainya mepet. Pun, permasalahan internal yang ada dalam tubuh manajemen Mandalika Grand Prix Association (MGPA) selaku operator Sirkuit Mandalika.

“Buat saya, ini bukan salah marshal. Mungkin waktunya mepet, atau ada permasalahan internal,” ujarnya.

Menurut Wardi, para marshal juga disepelekan. Padahal, tekannya, marshal seharusnya diutamakan dan diberi fasilitas yang lebih. Lantaran, marshal memegang peranan penting dalam gelaran balap sirkuit.

“Marshal kan inti dari balap. Kalau marshal-nya jelek, otomatis balapnya juga gak akan jadi. Seharusnya marshal diutamakan, diistimewakan, dikasih lebih dari yang lain,” tuturnya.

Pemberian fasilitas lebih bagi para marshal ini, kata Wardi, antara lain bisa berupa pemberian jatah makanan yang sesuai dengan jam bertugas dan tepat waktu.

Pun, agar marshal bisa bertugas dengan baik dan profesional, imbuh lelaki lajang asal Lombok ini, para marshal harus segera diberi pelatihan. “Dikasih pelatihan dululah sedikit biar kita tahu ilmunya, marshal itu apa,” ujarnya.

Sebab selama ini, menurutnya, para marshal tak dibekali dengan pelatihan, terutama pelatihan praktik yang cukup.

Para marshal yang bertugas hanya dikumpulkan untuk diberi pengarahan tentang fungsi dan tugas marshal yang kurang jelas.

“Waktu itu kita sempat dikumpulkan di lapangan parkir sirkuit, lalu diberi pengarahan tentang apa itu marshal. Tapi waktu itu, pengarahannya kurang jelas, karena diberikan sekaligus ke 250 orang marshal, dan yang memberi pengarahan ndak pakai pengeras suara,” urai Wardi menjelaskan dengan logat Sasak yang kental.

“Jadinya ya ndak semua terdengar dengan jelas.”

Pelatihan yang cukup, menurut Wardi, amat penting agar para marshal yang terdiri dari para putra daerah seperti dirinya dapat bertugas dengan baik, profesional dan tak lagi disepelekan.

“Harus segera dikasih pelatihan sebelum WSBK (World Superbike), MotoGP besok. Supaya bisa kita tahu ilmu-ilmu marshal, biar tidak disepelekan lagi, kan,” ujarnya serius.

Selain itu, dengan bekal pelatihan yang cukup, ia juga berharap agar para marshal Indonesia dapat bekerja dengan profesional, sehingga tak perlu mendatangkan marshal dari luar negeri.

“Saya pingin sih kita dilatih supaya tidak perlu mendatangkan marshal luar, khusus untuk warga lokal sendiri yang jadi marshal. Pemerintah harus segera memberikan pelatihan khusus buat marshal,” pungkasnya berharap. {kompas}