News  

Pilpres 2024 Di Persimpangan Jalan: Antara Capres Pro Rakyat Dan Capres Boneka

Tidak sedikit bahkan mungkin mayoritas rakyat menyangsikan Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2024 akan berlangsung secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber Jurdil).

Kesangsian tersebut berbarengan dengan makin derasnya isu presiden boneka jilid dua yang diendorse oligarki dan taipan cukong.

Sosoknya sudah terlihat dalam beberapa survei bayaran. Selalu menempati posisi lima besar. Sosok yang dicitrakan sebagai pro rakyat miskin. Tampil bersahaja dengan kaos oblong dan sandal jepit.

Pengalaman dua Pilpres terakhir, 2014 dan 2019 telah menyisakan luka mendalam bagi rakyat. Pilpres 2014 dan 2019 menjadi catatan kelam yang traumatik bagi rakyat.

Banjirnya tenaga kerja asing yang masuk Indonesia dicurigai sebagai bagian dari skenario Pilpres 2024. Pemilih siluman dengan tempat pemungutan suara (TPS) khusus.

Belum lagi soal kecurangan. Data pemilih ganda dan pemilih siluman. Kecurangan brutal, terstruktur, sistematis dan masif melalui keterlibatan penyelenggara pemilihan umum dan institusi negara lainnya.

Kematian Ketua KPU Muhammad Husni Kamil Manik setelah dikabarkan akan membongkar kecurangan Pilpres 2014. Masih menyisahkan misteri dan tanda tanya besar. Demikian pula dengan kematian 894 petugas KPPS yang tidak jelas sebab musababnya.

Ada pula soal kotak kardus yang digembok. Bukan rahasia lagi soal perubahan data suara yang dilakukan oleh oknum institusi penyelenggara pemilihan umum dan oknum aparat negara.

Pengkondisian pemenangan calon presiden boneka sudah terbaca oleh publik. Gagalnya UU Pemilu direvisi merupakan salahsatu contoh konkret. Ngototnya partai tertentu dengan presidential threshold 20%. Rekrutmen lembaga penyelenggara pemilu, pengawas, peradilan pemilu hingga bila bersengketa di Mahkamah Konstitusi.

Termasuk isu perselingkuhan ketua umum partai besar yang terjadi 2012 silam. Baru diungkap sekarang. Mengundang kecurigaan akan adanya pengkondisian partai tersebut untuk mendukung salahsatu calon presiden.

Sikap keraguan publik akan menangnya presiden pro rakyat dan dimenangkannya presiden boneka jilid dua pada Pilpres 2024 memantik persepsi macam-macam.

Disamping suasana kebatinan rakyat merasakan perlu tampilnya sosok presiden yang benar-benar pro rakyat. Bukan sosok presiden boneka hasil pencitraan dan dilambungkan oleh media dan lembaga survei.

Harapan besar akan tampilnya sosok presiden pro rakyat. Presiden yang merawat persatuan dan memperjuangkan keadilan saat terjadinya ancaman disintegrasi bangsa. Keterbelahan rakyat dan ketimpangan dibidang politik, ekonomi, sosial dan hukum.

Sosok Pemimpin Nasional yang diharapkan tersebut telah terbukti dan teruji. Terbukti dengan prestasinya. Teruji dalam merespon dinamika politik yang berkembang. Tidak diskriminatif. Keadilan dan kesetaraan tanpa meniadakan perbedaan antar sesama anak bangsa.

Perbedaan sebagai sebuah keniscayaan. Tidak sebatas retorika belaka. Dirawat dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

Sosok yang tidak sekadar pencitraan untuk merebut hati rakyat. Penampilan populis tapi ternyata menyengsarakan rakyat. Penampilan ndeso ternyata menipu.

Bandung, 29 Jumadil Ula 1443/3 Januari 2022
Tarmidzi Yusuf, Pegiat Dakwah dan Sosial