News  

Emak-Emak Terkejut Harga Elpiji 12 Kg Meroket Jadi Rp.180 Ribu

Sejumlah konsumen LPG (elpiji) non-subsidi ukuran 12 kilogram (kg) mengaku kaget dengan harganya yang kini mencapai Rp180 ribu di pengecer.

Hal itu terjadi seiring dengan kebijakan PT Pertamina (Persero) yang menaikkan harga elpiji non-subsidi secara bertahap sebesar Rp1.600-Rp2.600 per kg sejak Sabtu (25/12) lalu.

Mama Keni (54) seorang ibu rumah tangga yang berdomisili di bilangan Pela Mampang, Jakarta selatan, merasa terkejut karena sebelumnya ia tidak mengetahui informasi terkait kenaikan harga.

“Kaget karena belum tahu sebelumnya,” ungkapnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (4/1).

Sebelumnya, Keni biasa membeli gas ukuran 12 kg untuk kebutuhan selama satu bulan dengan harga Rp160 ribu. Namun, dengan kenaikan harga menjadi Rp180 ribu, kini ia harus merogoh kocek lebih dalam.

Ia juga mengaku kenaikan harga cukup terasa, sehingga ia harus lebih berhemat. Terlebih harga kebutuhan pokok lainnya seperti telur dan cabai juga ikut naik.

“Terasa juga soalnya harga-harga kebutuhan lain ikut naik. Mau ga mau jadi lebih hemat saja. Telur, cabai mahal lagi,” kata dia.

Untuk harga cabai rawit merah saja, melansir Info Harga Pangan Jakarta, per hari ini rata-rata dijual seharga Rp94.500 per kg. Sedangkan telur rata-rata dijual Rp29.225 per kg.

Segendang sepenarian, Sundari (47) yang bedomisili di Jakarta Selatan juga merasa kaget dan keberatan dengan kenaikan harga gas LPG non-subsidi. Pasalnya, saat ini keluarga kelas menengah atas pun perekonomiannya tidak stabil.

Oleh karena itu, ibu rumah tangga sekaligus pengusaha kost-kostan itu pun sementara memilih untuk beralih ke gas LPG subsidi 3 kg.

“Semakin banyak orang jadi kesulitan. Jadi kebanyakan orang usahanya tidak lancar, jadi beralih ke subsidi,” ungkapnya.

Sebelumnya Sundari biasa membeli gas ukuran 12 kg untuk kebutuhan selama satu bulan dengan harga Rp150 ribu. Dengan kenaikan seperti saat ini ia harus membayar Rp180 ribu per tabungnya.

Untuk diketahui, Pertamina menaikan harga gas non-subsidi karena terjadi lonjakan harga di level internasional, khususnya harga Contract Price Aramco (CPA). Saat ini, porsi konsumsi elpiji non-subsidi sekitar 7,5 persen.

“Perbedaan (harga) ini untuk mendukung penyeragaman harga LPG ke depan serta menciptakan fairness harga antar daerah,” jelas Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Sub Holding Pertamina Commercial & Trading Irto Ginting, Senin (27/12) lalu. {CNN}