Nurul Arifin Calon Walikota Bandung Paling Populer

Nurul Arifin Calon Walikota Bandung Paling Populer

Artis senior yang maju sebagai calon Walikota Bandung, Nurul Qomaril Arifin, menduduki tingkat popularitas tertinggi di kancah Pemilihan Walikota (Pilwako) Bandung 2018. Nurul bersaing ketat dengan calon incumbent dari PKS, Oded M Danial.

Lembaga survei Indonesia Strategic Institute (Instrat) merilis hasil survei yang menyatakan Nurul Arifin memiliki tingkat popularitas 89,3 persen disusul petahana Oded M Danial 83,6 persen.

“Sosok Nurul memuncaki bursa popularitas. Calon lainnya yaitu Yossi Irianto mencapai 70,9 persen,” ujar Dewan Pakar Instrat, Sidrotun Naim, Minggu, (27/5/2018).

Bahkan, lanjut Naim, persaingan elektabilitas ketiganya semakin sengit di sisa masa kampanye satu bulan. Figur Nurul yang berpasangan dengan cicit pahlawan nasional sekaligus guru bangsa HOS Tjokroaminoto, Chairul Yaqin Hidayat, memiliki selisih tiga persen dengan dua calon lainnya.

Dari survei tingkat elektabilitas menunjukkan, pasangan Nurul Arifin-Chairul Hidayat 27,27 persen, pasangan dari PDI Perjuangan Yossi Irianto-Aries Supriatna 29,77 persen, sedang petahana Oded M Danial-Yana Mulyana 29,09 persen.

“Dari data itu, tak satu pasangan pun dominan. Tidak bisa juga ditentukan siapa yang memimpin karena ketiganya di dalam rentang margin error. Diprediksi, mereka akan mengintensifkan gerakannya memastikan kemenangan,” ujarnya.

Meski jagoan PDI Perjuangan memiliki tingkat elektabilitas tertinggi, menurut Naim, peralihan suara dari pemilih kepada calon lain berpotensi besar terjadi.

Sosok Nurul Arifin dengan popularitas keartisannya dan Oded M Danial dengan bekal prestasi Pemkot Bandung bersama Ridwan Kamil, berpeluang besar menarik suara dari calon Walikota Bandung Yossi Irianto yang berlatar PNS dengan jabatan terakhir Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung.

“Survei menunjukkan hanya 38 persen pemilih menyatakan pilihannya takkan berubah sampai hari pemilihan. Ini jadi pertarungan strategis menggaet suara publik,” katanya.

Survei dilakukan dengan metode pengumpulan data berbasis wawancara terstruktur face-to-face ke responden dengan usia minimal responden 17 tahun atau sudah menikah.

Rentang pengambilan data 12 sampai dengan 15 Mei 2018, multistage random sampling, meliputi 30 kecamatan di Kota Bandung.

Jumlah responden sebanyak 440 orang, dengan margin of error 4,6 persen. “Tipisnya perbedaan perolehan elektabilitas, membuat Pilkada Kota Bandung sangat kompetitif sampai jelang pencoblosan,” katanya.