News  

Survei DTS Indonesia: Head to Head Sangat Ketat, Ganjar Pranowo Unggul Tipis Dari Anies Baswedan

Lembaga Development Technology Strategy (DTS) Indonesia merilis hasil survei terbaru terkait rating keterpilihan (elektabilitas) kandidat calon presiden di Pemilu 2024 pada Selasa (1/3/2022).

Hasil survei DTS yang digelar Februari 2022 ini memperbarui rating elektabilitas pada beberapa tokoh dari survei serupa di Oktober 2021 lalu.

Yang paling menarik adalah adanya potensi kontestasi head-to-head antara Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

“Dalam survei DTS kali ini skenario dua nama (head-to-head) akan ditemukan bahwa Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan bersaing sangat ketat.

Artinya pada titik hari ini belum ada yang bisa disebut sebagai kandidat capres dominan karena Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan sangat kompetitif dalam berbagai skenario dua nama capres (head-to-head),” papar Direktur Eksekutif DTS Ainul Huda pada Selasa (2/3/2022)

Temuan survei terkait kompetisi dengan skenario kontestasi dua nama tersebut, sambung Ainul, Ganjar Pranowo hanya unggul tipis (3,67 persen) dari Anies Baswedan, dimana Ganjar meraih rating 41,77 persen dan Anies 38,10 persen.

Meski demikian, sambung Ainul, belum terlihat superioritas di antara para kandidat, karena tingkat undecided voters (pemilih yang belum menentukan pilihan) yang masih tinggi mencapai 18-19 persen.

“Selisih elektabilitas antara Pak Ganjar Pranowo dan Pak Anies Baswedan dalam skenario 3 nama kandidat mencapai 5-8 persen, tetapi undecided voters masih tinggi sekitar 18-19 persen. Artinya, Ganjar belum sepenuhnya dikatakan unggul dari Anies,” ujar Ainul.

Temuan ini berbeda dengan kesimpulan berbagai survei sebelum ini yang menyebutkan bahwa ada front runner dengan skenario lebih dari 3 nama capres.

Selain itu, sambung Ainul, dalam skenario tiga pasangan apa pun, kenario yang lebih mencerminkan situasi riil pilpres ini, tidak ada kandidat yang akan menang dalam satu putaran.

“Melalui berbagai skenario, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan diperkirakan akan selalu lolos ke putaran kedua,” tutur Ainul.

Sementara dari pandangan narasumber Peneliti Senior sekaligus Kepala Pusat Penelitian Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Firman Noor, diperlukan konsistensi dari kandidat yang memiliki rating popularitas dan elektabilitas terkuat seperti Ganjar dan Anies, karena keduanya memerlukan tiket dari partai politik untuk bisa maju ke pilpres 2024.

“Menjaga konsistensi tingkat popularitas, keterpilihan dan penerimaan sangat perlu bagi kandidat yang memiliki tiga variabel elektoral tertinggi atau terkuat namun tidak berasal dari partai politik. Mereka harus mampu meyakinkan partai politik atau gabungan parpol untuk mau mengusungnya jadi capres di pilpres 2024,” ujar Prof. Firman Noor.

Sedangkan Ketua Departemen Politik dan Perubahan CSIS Arya Fernandes melihat ada tiga faktor yang membuat nama Anies dan Ganjar konsisten di rating tertinggi kandidat presiden, yang berasal dari soliditas referensi politik publik pemilih saat ini.

“Faktor pemilih yang menginginkan opsi alternatif presiden yang berasal dari kepala daerah, kemudian orang atau figur-figur baru yang dirasa berprestasi serta kemungkinan adanya mobilisasi, baik via darat maupun udara.

Pak Anies harus membuktikan punya nilai tawar politik yang tinggi sehingga akan dilirik oleh parpol atau koalisi parpol untuk mau mengusungnya, sementara Pak Ganjar masih menunggu dinamika keputusan internal PDIP,” papar Arya. {tribun}