Apa Salah Dokter Terawan?

IDI sebaiknya bicara. Klarifikasi secara terbuka.
A
lasan mengapa Dokter Terawan mendapat hukuman.
Dikeluarkan secara permanen dari IDI.
Ini hukuman yang luarbiasa berat.

Dan saya menyesalkan, kenapa Para Dokter yang hadir pada Muktamar IDI, SAMPAI HATI menyebarluaskan video tentang keputusan Rapat Tertutup tersebut, ke sosial media.

Anda, siapapun juga Anda, Dokter yang hadir, yang menyebarluaskan video dalam Rapat tertutup Muktamar IDI.

Terlepas dari apapun permasalahan antara IDI dengan Dokter Terawan,
Anda, Dokter X, yang pertama kali menyebarluaskan video itu, dan kalian, para Dokter yang menyebarluaskan Video itu keluar dari arena Muktamar,
Kalian itu BIADAB ! Bayangkan kalau hal ini terjadi pada kalian sendiri.
Ini preseden yang betul-betul buruk!.

Rapat Tertutup adalah Rapat Tertutup. Masa kalian Dokter-Dokter tidak tahu menjaga etika dan moral obligatory? Dokter dalam SUMPAH DOKTER, wajib melindungi Dokter lain, seperti saudara kandung.

Kalian tega makan daging teman sendiri.
Dokter Terawan telah menerima hukuman berat sekali,
TIDAK BISA PRAKTEK SEUMUR HIDUP,
Dan masih kalian tambahi lagi: NAMA BAIKNYA TERCEMAR!

Kalau IDI tidak segera bicara, akan banyak sekali spekulasi muncul diluar.
Spekulasi pertama dari saya adalah ini:
“Adakah hubungan keputusan IDI ini dengan Vaksin Imunoterapi Nusantara?
Adakah tekanan dari Industri Farmasi, agar Vaksin Imunoterapi Nusantara gagal lahir?”

IDI supaya kalian tahu, Dokter Terawan ini dibenci teman-teman Dokter sendiri,
Tetapi dicintai pasien-pasiennya.

Dicintai Rakyat Indonesia yang menaruh harapan besar akan lahirnya Vaksin Imunoterapi Nusantara( VIN).

IDI harus tahu, Dokter Terawan saat ini menjadi semacam Pahlawan bagi Rakyat,
Dengan kesediaan pasang badan untuk pembuatan Vaksin Imunoterapi Nusantara (VIN), dibully dihajar, dihambat sana sini, sampai tidak jelas lagi sekarang
Bagaimana nasib VIN yang ditunggu-tunggu rakyat.

VIN dan Dokter Terawan, sudah menjadi IKON Perlawanan Rakyat terhadap oligarki Industri Farmasi dan Penguasa.

Apapun itu, DSA, atau Terawan Brain Therapy ini, juga sudah melekat di hati para pasien dan mantan pasiennya, terutama yang merasakan manfaatnya.

Sekali lagi, dalam soal DSA nya Dokter Terawan ini, saya juga tidak sepenuhnya sejalan dengan beliau.

Tetapi dalam soal pemecatan Dokter Terawan oleh IDI secara permanen, di dalam Muktamar IDI, acara yang melibatkan seluruh Dokter di Indonesia, baik yang hadir maupun yang tidak

Adalah suatu bentuk kesewenang-wenangan terhadap dua pihak:
1) Pihak Dokter Terawan
2) Pihak Dokter-Dokter yang secara umum tidak banyak memahami permasalahan sesungguhnya, dan mungkin juga tidak sepakat ketika acara Muktamar yang akbar, digunakan untuk menghukum seorang Teman Sejawat, atas nama Dokter seluruh Indonesia.

Pelanggaran Etika, kalau IDI mendakwa Dokter Terawan melakukan Pelanggaran Etika Berat sehingga layak dijatuhi hukuman mati atas Kartu Anggota IDI-nya,
Sering, atau beberapa kali terjadi, dan dilakukan oleh Para Dokter.

Sependek pengetahuan saya, baru kali ini, seorang Dokter, dipecat secara permanen, dalam suatu Majelis besar atas nama seluruh Dokter se Indonesia, yang disebut Muktamar IDI.

Seharusnya kalaupun ada masalah IDI dengan Dokter Terawan, diselesaikan secara tertutup di ruang Pengurus Besar, bukan di ruang Muktamar.

IDI harus tahu, Anda bukan Lembaga yang harum namanya, pun bukan Lembaga yang disukai rakyat.

Dan Dokter, secara umum, bukan orang yang disukai Rakyat, dibutuhkan iya, disukai tidak. Akibat cap arogansi yang belum juga luntur sampai saat ini.
IDI, dalam Muktamar ini, lagi-lagi menunjukkan arogansi profesi Dokter, kali ini bahkan kepada saudara sekandungnya sendiri, sesama Dokter sendiri.

Sekarang sudah muncul tagar
#saveDokterTerawan

Dr. Tifauzia Tyassuma, M.Sc, Clinical Epidemiologist