News  

Uni Eropa Embargo Minyak Rusia, Menteri ESDM Minta Negara OPEC+ Genjot Produksi

Pabrik penyulingan minyak Rosneft di kota Gubkinsky di Siberia barat, Rusia pada 2 Juni 2006. Foto: Delphine Thouvenot/AFP

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif berkomentar mengenai situasi geopolitik global saat ini yang berujung kepada sanksi terberat Uni Eropa yaitu menyetop impor atau embargo minyak asal Rusia.

Arifin mengatakan, embargo minyak Rusia tersebut akan mengubah keseimbangan pasar minyak global, mengingat Rusia merupakan salah satu eksportir terbesar minyak mentah dengan produksi 11 juta barel minyak per hari.

“Jadi kebayang kalau 11 juta (barel minyak) ini diblok, pasti akan mengubah keseimbangan dan ini akan menyebabkan demand naik, supply berkurang, sehingga harga naik,” katanya saat FGD Energi, Lingkungan Hidup & Geopolitik Global DPP Partai NasDem, Jumat (4/6) malam.

Dia melanjutkan, sanksi embargo ini akan dilaksanakan minggu depan atau pertengahan bulan Juni ini, yaitu dengan mengurangi konsumsi minyak Rusia sebesar 90 persen dari kebutuhan Eropa. Pemerintah Indonesia pun bersiap mengantisipasi dampaknya.

“Ini kita antisipasi akan menyebabkan kenaikan harga minyak dunia, apa dampaknya? Subsidi akan naik, apa yang harus kita lakukan? Kita harus sama-sama hemat energi, itu saja kata kuncinya, saling bantu satu sama lain,” tuturnya.

Arifin melanjutkan, gas bumi milik Rusia juga sangat besar dengan kapasitas produksi kedua terbesar di dunia. Produksi gas bumi Rusia mencapai 61 miliar standar kaki kubik (BSCF).

“Bayangkan kita punya target 12 BSCF, dia punya banyak. Kalau ini diblok akan terjadi krisis gas dan gas umumnya dipakai untuk pembangkit listrik. Ini juga akan menyebabkan ketidakseimbangan yang baru,” tambah dia.

Dengan kondisi ini, Arifin pun menyerukan kepada negara anggota Organisasi Pengekspor Minyak Bumi dan aliansinya (OPEC+) untuk meningkatkan kapasitas produksi minyaknya, untuk mengamankan kebutuhan dunia.

“Apa yang harus kita lakukan? Lagi-lagi kita harus hemat-hemat energi dan kita minta supaya negara-negara OPEC+ bisa meningkatkan produksinya,” tegasnya.

Sementara itu, Arifin juga menyinggung mengenai pasokan batu bara dari Rusia. Dia mengatakan, Rusia memiliki kapasitas produksi sebanyak 400 juta ton setiap tahunnya untuk suplai ke Eropa.
ADVERTISEMENT

Pasokan batu bara dari Rusia pun sudah mulai disetop oleh Uni Eropa. Hal ini, menurut dia, menyebabkan Eropa kekurangan pasokan energi untuk listrik sehingga harus mencari sumber baru ke negara lain,

salah satunya Indonesia.
“Cuma memang spesifikasinya berbeda, batu bara Rusia punya economic value yang tinggi juga punya impurities yang rendah. Memang konsumen lagi mencari upaya untuk bisa mencampurnya,” ungkap Arifin.(Sumber)