News  

Bertani Dengan Murah Demi Petani Sejahtera, Mungkinkah?

Bertani Dengan Murah Demi Petani Sejahtera, Mungkinkah? Radar Aktual

Berdasarkan data pemerintah sejak tahun 2010-2017, jumlah petani prosentasenya terus mengalami penurunan sebesar 1,1 persen per tahun. Pada tahun 2010, setidaknya terdapat 42,8 juta jiwa masyarakat Indonesia yang menggeluti bidang pertanian, namun pada tahun 2017, angkanya turun menjadi hanya 39,7 juta jiwa.

Pemerintah dinilai masih harus bekerja keras menjaga sektor pertanian, pemerintah perlu menanamkan mindset bahwa bekerja di sektor p‎ertanian mampu menghidupi kebutuhannya sehari-hari, relatif sama bahkan bisa lebih besar penghasilannya dibandingkan jika bekerja sebagai karyawan di perusahaan.

Definisi petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah pertanian atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan tersebut. Defenisi yang lain yang sangat saya suka adalah mengusahakan tanah secara terus-menerus dengan maksud memperoleh hasil tanaman ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan kerusakan alam.

Petani, tanah dan alam sebuat rangkaian yang tidak terpisahkan, bahwa bertani boleh mengeloha tanah asal tanah tetap dijaga kesuburannya termasuk menjaga adanya kehidupan ekosistem mikroba yang ada di dalam tanah

Defenisi lain dari petani adalah orang yang memiliki tanah sendiri, bukan penggarap ataupun penyewa lahan. Jika petani tidak memiliki lahan makan bukan disebut sebagai petani. Konseptualisasi petani menjelaskan bahwa tanah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan petani.

Implikasi politisnya adalah petani mutlak untuk mempertahankan dan menjaga hak kepemilikannya atas tanah, dengan demikian konsep petani tidak terlepas dari kaitan antara social, budaya dan politik.

Pertanian (agriculture) bukan hanya sebuah aktifitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja, lebih dari itu, petani adalah sebuah cara hidup. Oleh karena itu sektor pertanian dan sistem pertanian harus menempatkan subjek petani sebagai pelaku secara utuh, tidak saja petani sebagai sebuah profesi, melainkan juga sebagai kelompok sosial yang di dalamnya ada unsur kearifan lokal.

Konsekuensi pandangan ini tentu dikaitkannya dengan unsur-unsur sosial, politik, ekonomi dan budaya sehingga pembangunan sistem pertanian haruslah secara menyeluruh.

Konsep pertanian tidak akan menjadi suatu kebenaran umum, karena akan selalu terkait dengan paradigma dan nilai budaya petani lokal, yang memiliki kebenaran umum tersendiri. Paradigma pertanian tentu saja sarat dengan sistem nilai, budaya dan ideologi dari tempat asalnya yang patut kita kaji kesesuaiannya untuk diterapkan di negara kita.

Masyarakat petani kita memiliki seperangkat nilai, falsafah, dan pandangan terhadap kehidupan (ideologi) mereka sendiri, yang perlu digali dan dianggap sebagai potensi besar di sektor pertanian. Sementara itu perubahan orientasi dari peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan petani belum cukup jika tanpa dilandasi pada orientasi kesejahteraan petani.

Jika kesejahteraan petani menjadi sasaran pembaruan kebijakan pembangunan pertanian, mengapa kata pertanian kini tidak banyak disebut-sebut ? Mengapa Departemen Pertanian lebih banyak mengurus agribusiness dan tidak lagi mengurus agriculture ?

Doktor-doktor Ekonomi Pertanian lulusan Amerika tanpa ragu-ragu sering mengatakan bahwa farming is business. Benarkah farming (bertani) adalah bisnis di NKRI ? Jawaban atas pertanyaan ini bisa ya di Amerika tetapi di Indonesia bisa tidak. Di Indonesia farming tetap merupakan sebuah kehidupan dan sebuah mata pencaharian untuk menghidupi puluhan juta petani tanpa harus menjadi bisnis.

Pemerintah perlu mengkaji gagasan dan ide untuk menerapkan sebuah kebijakan agar petani mampu bertani dengan biaya murah terutama kepada para petani padi, mengingat hasil produksi relatif sama hasilnya dari tahun ke tahun sementara biaya bertani selalu meningkat, seperti biaya pupuk, insektisida, herbisida, fungisida termasuk untuk menyewa traktor sementara Inpres No 5 Tahun 2015 tentang harga gabah masih di angka 3.700 walaupun saat ini harga gabah di kisaran 4.000-5.000 tetapi tidak menutup kemungkinan tahun depan bisa turun kembali seperti yang dialami petani padi tahun 2017 harga gabah di kisaran 2.000-2.500.

Bertani dengan biaya murah bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti :
1. Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan agar dilakukan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan kepada petani di NKRI tentang kesuburan tanah dan budidaya bertani
2. Pemerintah perlu membangun SDM dan keterampilan bertani dengan mengajarkan cara membiakkan agen hayati menjadi pupuk hayati dari bahan-bahan yang ada di sekitar petani, tanah perlu disuburkan kembali, ekosistem mikroba yang saat ini relatif punah perlu dihidupkan kembali, adanya mikroba di dalam tanah perlu dilestarikan karena mikroba tersebut sebagai sumber pupuk yang dibutuhkan tanaman dan sebagai pengendali hama dan penyakit tanaman
3. Biaya bertani bisa diminimalisir, ketergantungan pupuk dari pabrikasi bisa dikurangi, demikian juga ketergantungan pestisida, dengan demikina biaya bertani bisa ditekan dan kesejahteraan petani akan meningkat.
4. Beras yang dikonsumsi akan jauh lebih sehat karena pemakaian kimia dikurangi bahkan pemakain fungisida dan insektisida bisa sangat minim sekali bahkan bisa bertani tanpa fungisida sehingga tanah subur dan lestari, kesuburan tanah perlu dilestarikan yang akan kita wariskan kepada generasi penerus anak cucu.

Sehingga definisi petani yang awalnya adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah pertanian dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan tersebut bisa dirubah menjadi mengusahakan tanah secara terus-menerus dengan maksud memperoleh hasil tanaman ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan kerusakan alam.

Petani, tanah dan alam sebuah rangkaian yang tidak terpisahkan, bertani boleh mengelola tanah asal tanah tetap dijaga kesuburannya termasuk menjaga kehidupan ekosistem mikroba yang ada di dalam tanah, hasil beras jika dikonsumsi akan jauh lebih menyehatkan dan yang utama adalah bertani dengan biaya murah tentu akan meningkatkan kesejahteraa petani.

Tony Saritua Purba, Fungsionaris Partai Golkar Kota Bogor