News  

Anies Baswedan Impikan Kota Berorientasi Transit: ‘That’s The Future of Jakarta’

Gubernur DKI Anies Baswedan berharap ke depannya Jakarta bisa menjadi kota yang berorientasi transit dan digital. Ia menjelaskan kota berorientasi transit adalah ketika warganya lebih memilih menggunakan kendaraan umum untuk bepergian.

“Berorientasi transit itu artinya menggunakan kendaraan umum,” kata Anies dalam sambutannya di acara Sosialisasi Peraturan Gubernur Nomor 31 Tahun 2022 tentang Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Perencanaan DKI, Balai Kota Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (21/9).

Anies mengatakan dalam Pergub RDTR yang baru mengatur soal Koefisien Lantai Bangunan (KLB) gedung-gedung di sekitar stasiun dan terminal. Hal ini juga untuk menunjang konsep pengembangan berbasis transit (Transit Oriented Development/TOD).

Ia mengatakan diupayakan hunian di wilayah DKI yang terjangkau dan berbasis TOD atau memiliki akses angkutan umum.

“Dia tinggal di tempat yang bisa dijangkau dengan kendaraan umum. Sekarang Transjakarta udah 24 jam. Bayangkan besok ke depan transportasi umum 24 jam ada di kota ini dan anda tinggal di kawasan transit oriented, di mana saja, kapan saja, bisa pakai kendaraan umum,” jelas Anies.

“That’s the future of Jakarta. Dan ini yang disiapkan sekarang,” imbuh pria yang akan mengakhiri jabatan Gubernur DKI periode 2017-2022 pada Oktober mendatang.

Aturan soal KLB
Menurut Anies dalam Pergub RDTR yang baru ini, besaran KLB untuk zona komersial 7,0 dan 3,6 untuk zona hunian.

“Contoh misalnya di Fatmawati, saat ini dengan aturan sekarang, itu KLB cuma 1,2. Sekarang kawasan TOD itu memiliki rata-rata KLB 7,” ujar Anies.

“Jadi nantinya ketika sebuah kawasan itu di sekitar stasiun, radius 800 meter dari kawasan itu, maka bangunannya bisa jadi bangunan yang tinggi,” imbuhnya.

Menurut Anies hal ini bakal berdampak positif, sebab penduduk yang yang semula tinggal di kota-kota satelit dapat tinggal di dalam kota Jakarta dengan harga yang terjangkau.

“Karena tanah 1 hektare dipakai 10 lantai dengan tanah 1 hektare dipakai 20 lantai, itu akan punya efek berbeda pada harga per unit bangunannya,” jelas dia.

Kendati begitu, Anies mengungkapkan bahwa perubahan ini tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

“Ini akan mengubah jakarta dan kita akan perhatikan efeknya mungkin tidak 1-2 bulan, tapi jangka panjang,” pungkasnya.

(Sumber)