News  

Azka Aufary Ramli: Melihat Fenomena PHK Startup dan Bagaimana Dampaknya

Di tengah situasi dan kondisi yang ada pada saat ini, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tengah menghantui perusahaan rintisan (startup). Hal tersebut terjadi pada startup global, hingga dalam negeri. Seperti Robinhood yang memangkas 300 karyawan, Netflix melakukan PHK 150 pegawai, Cameo memangkas 87 pegawainya.

Sementara, di dalam negeri beberapa startup yang melakukan efisiensi seperti Zenius, Link Aja, Shopee, JD.ID, Pahamfy, MamiKos, maupun yang lainnya.

Menanggapi hal tersebut, Dewan Kehormatan Badan Koordinasi Nasional Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (BAKORNAS FOKUSMAKER) menyatakan bahwa secara global sedang terjadi penyesuaian kembali dari sisi valuasi market terhadap perusahaan teknologi secara umum saat ini.

“Dengan naiknya suku bunga Federal Reserve dan menyebabkan Cost of Capital membuat para investor menghindari pembelian saham startup yang memiliki risiko tinggi. Akibatnya, startup sulit memeroleh modal usaha yang membuat operasionalnya terhambat,” ujar, Azka Aufary Ramli

Adanya kenaikan inflasi dan suku bunga di berbagai negara turut memengaruhi startup yang menggunakan model bisnis Business to Customer (B2C). Inflasi tersebut bisa mengubah perilaku atau pola hidup konsumen sehingga berdampak pada layanan-layanan yang disediakan oleh startup.

“Startup yang ada saat ini, sebagian besar masih bergantung dari dana hasil investasi dan/atau fundraising. Sehingga, mau tidak mau beberapa startup perlu melakukan efisiensi yang akhirnya dapat mengakibatkan PHK,” ujar Ketua Bidang Perdagangan DPP AMPI ini.

Penyebab yang membuat startup melakukan PHK diakibatkan adanya kepentingan untuk reorganisasi. Sehingga, berdampak pada sumber daya manusia di dalamnya. Selain itu, dapat disebabkan oleh ketidakfokusan startup pada bisnis, kehabisan dana operasional, atau tidak memiliki strategi yang baik untuk berkembang ke depan.

Tentu saja, adanya pengurangan tenaga kerja secara besar-besaran oleh sejumlah startup di dalam negeri ini menimbulkan efek yang cukup serius bagi Indonesia. Terutama dengan meningkatnya jumlah pengangguran. Usai terkena PHK, tidak semua pegawai bisa mendapatkan pekerjaan kembali dengan mudah.

Sementara bagi perusahaan itu sendiri, tingkat produktivitas mereka mungkin akan terpengaruh. Sebab, perusahaan harus tetap beroperasi dengan tenaga kerja terbatas. “Semoga perekonomian di Indonesia dapat segera pulih. Sehingga, tidak ada lagi perusahaan maupun startup yang menambah daftar panjang PHK massal.” Tutup Politisi Muda Partai GOLKAR ini. {golkarpedia}