News  

Ralat IDAI: Anak Boleh Diberi Parasetamol, Hanya Perlu Waspada dan Konsultasi Dokter

IDAI memberikan klarifikasi terkait penggunaan parasetamol cair untuk anak. Sebelumnya dalam live IG bersama IDI, Ketua UMUM PP IDAI Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) meminta para orang tua untuk menghindari pemberian parasetamol cair bagi anak sebagai bentuk kewaspadaan. Mengingat di Gambia, 70 anak meninggal akibat konsumsi parasetamol yang mengandung etilen glikol.

dr Piprim lantas mengklarifikasi, pihaknya tidak bermaksud melarang penggunaan parasetamol untuk anak. Hanya saja ia menegaskan kepada para orang tua untuk berhati-hati dan jangan membeli obat sembarangan.

“Enggak usah panik ya, monggo berikan parasetamol, it’s ok. Yang biasanya dapat obat kalau demam, dikasih oke saja. Hanya perlu waspada, konsul ke dokter anak terdekat, dokter keluarganya siapa, apa betul perlu beri parasetamol,” kata dr Piprim dalam live IG IDAI, Selasa (18/10).

Namun dia menegaskan, selesma atau batuk pilek pada anak sebetulnya tidak butuh obat. Orang tua bisa menggunakan cara-cara konvensional seperti mengompres anak dengan air hangat.

“Sebetulnya selesma atau batuk pilek enggak butuh obat. Demam adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk mengusir virus. Bisa kompres anak dulu, jangan buru-buru kasih obat. Maksud saya itu, bukan kemudian IDAI menyetop parasetamol sirup,” jelasnya.

Update Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius pada Anak
Sementara itu hingga saat ini penyebab kasus gangguan ginjal akut misterius (AKI) pada anak di Indonesia masih belum diketahui. Data terakhir, kasus AKI ini sudah menyebar di 24 provinsi di Indonesia dengan jumlah penderita 192 anak.

“Kasus AKI belum konklusif, belum mengerucut ke satu penyebab tunggal. Memang ada dugaan MIS-C post covid, ada juga yang diobati dengan terapi MIS-C tidak membaik, kemudian ada dugaan seperti di Gambia karena obat sirup, tetapi itu tidak konklusif,” urai dr Piprim.

Dia bercerita, pagi tadi dihubungi oleh seorang ibu dengan 4 anak, yang anak terakhirnya meninggal karena AKI. Anak itu berusia 7 bulan dan awalnya mengalami batuk pilek karena tertular dari ketiga kakaknya.

“Awalnya kakak-kakaknya batuk pilek. Ketiganya minum parasetamol generik dari puskes, adiknya enggak minum apa-apa. Tapi yang kena AKI yang 7 bulan yang enggak minum apa-apa. Jadi kan enggak konklusif, buktinya yang minum parasetamol malah enggak apa-apa,” katanya.

Berbeda dengan kasus di Gambia. Di sana disebutkan bahwa etilen glikol, salah satu komponen obat batuk sirup, menyebabkan banyak AKI.

Setelah peredarannya disetop, kasus menurun drastis. Sedangkan di Indonesia masih belum ditemukan apa penyebab pastinya. Ada dugaan terkait MIS-C post COVID, infeksi lain, hingga kandungan obat.

“Ini yang perlu diklarifikasi, saya tidak menganjurkan setop. Apalah wewenang saya menyetop. Tapi kita juga momentumnya untuk mengedukasi masyarakat agar supaya lebih rasional dalam penggunaan obat-obatan. Konsultasikan dulu dengan dokter apa yang boleh dikonsumsi,” kata dr Piprim.

“Hanya IDAI kewaspadaan dini karena kasusnya banyak, yang enggak selamat juga banyak. Kita sangat sayang dengan anak-anak Indonesia. Apa pun yang ada kecurigaan, kita harus waspada,” tutupnya.(Sumber)