Fisikawan AS Puji Al Rihla, Bola Piala Dunia Qatar 2922 Buatan Madiun: Aerodinamika Terbaik

Piala Dunia 2022 yang sekarang diselenggarakan di Qatar menggunakan bola yang bernama Al Rihla dari Adidas. Fisikawan dari University of Lynchburg, AS, mengatakan bola tersebut punya aerodinamika terbaik berdasarkan hasil uji laboratorium.

Al Rihla sendiri punya arti “perjalanan” dalam Bahasa Arab. Desainnya sendiri terinspirasi dari kultur, arsitektur, hingga bendera Qatar, dikutip dari laman FIFA.

Bola Al Rihla yang diuji adalah bola resmi untuk pertandingan Piala Dunia 2022 yang diproduksi di Pakistan dan China.

Sedangkan bola buatan PT Global Way Indonesia di Madiun, Jawa Timur, menurut juru bicara Adidas kepada kumparan, adalah bola replika, bukan buat tanding selama Piala Dunia Qatar 2022 berlangsung. Bola replika lainnya juga diproduksi di China dan Pakistan.
Jadi bola Piala Dunia terbaik

Fisikawan bernama John Eric Goff menguji semua bola yang dipakai dalam Piala Dunia. Hasilnya, bola Al Rihla punya aerodinamika terbaik.

Aerodinamika adalah interaksi antara objek (benda padat) dengan udara. Bagaimana bola melintas di udara adalah salah satu parameter bagus tidaknya sebuah bola.

Salah satu variabel yang menjadi tolak ukur adalah koefisien gesek. Semakin rendah koefisien gesek, artinya semakin mudah objek melintas di udara, dan semakin bagus pula objek tersebut melintas dengan cepat di udara.

Namun pada kasus bola sepak, koefisien gesek berubah seiring seberapa cepat bola melaju. Sehingga transisi perpindahan koefisien ini menjadi variabel akurasi bola yang ditendang.
Lalu bagaimana dengan bola Piala Dunia kali ini?

Al Rihla: punya akurasi tinggi dan lembut di udara
Profesor fisika itu menggunakan riset dari koleganya dari Tsukuba University, Jepang, mengatakan Al Rihla punya koefisien gesek yang rendah, dan transisi dari cepat ke lambat yang tidak tiba-tiba, alias akurat dan mudah diprediksi.

Hasil ini didapat setelah menempatkan bola di terowongan angin dan mengukur kecepatan udara yang mengelilingi objek.

Aerodinamika bola ada dua mode, ketika bola cepat dan bola lambat. Ketika lambat, aliran udara cepat menutup sisi depan bola —disebut laminar flow.

Kemudian ketika bola melaju sangat cepat, aliran udara yang mulanya membungkus bagian depan akan terus memutar sampai sisi belakang bola.

Alhasil, seluruh bola diselimuti udara cepat. Udara dari depan, memutar ke sisi belakang, ketika bertemu akan menciptakan disrupsi aerodinamika yang disebut turbulent flow.

Kunci untuk membuat bola stabil di udara adalah membuat bola melayang di turbulent flow lebih lama, yang menghasilkan koefisien gesek rendah. Sebab, transisi yang cepat dari turbulent flow (ketika ditendang kuat ke udara), ke laminar flow (ketika bola sudah melambat), akan mempengaruhi kestabilan bola.

“Meskipun mungkin tampak berlawanan dengan intuisi, membuat permukaan bola menjadi kasar akan menunda pemisahan lapisan batas dan membuat bola dalam aliran turbulen lebih lama,” jelas Goff lewat tulisannya di The Conversation.

Contohnya, bola Piala Dunia Afrika Selatan 2010 lalu. Berdasarkan uji laboratorium, bola ini berpindah dari turbulent flow ke laminar flow di kecepatan yang tinggi, membuat koefisien geseknya berubah dalam waktu singkat, dan membuat bola sulit diprediksi—yang memang menjadi keluhan besar pemain bahkan menjadi kontroversi saat itu. Masalah di bola 2010 ini, jelas Goff, adalah permukaan yang terlalu mulus.

Bola Al Rihla dibuat dengan 20 panel, di mana 12 panel berbentuk segitiga lonjong sama besar, dan 8 segitiga yang lebih kecil.

Bola Al Rihla tidak memilki tekstur yang muncul keluar, namun tekstur menonjol ke dalam (mirip lesung pipi). Tekstur ini membuat bola tersebut cukup mulus untuk punya koefisien gesek rendah, tapi cukup kasar untuk punya transisi yang stabil di kecepatan yang tinggi.

“Setiap bola baru mendapat keluhan dari seseorang, tetapi sains menunjukkan bahwa Al Rihla harus terasa familiar bagi para pemain di Piala Dunia tahun ini,” pungkas Goff.

Franziska Löffelmann, Direktur Desain – Football Graphics & Hardwear di Adidas, menyatakan bahwa akurasi dan stabilitas terbang bola adalah hal yang sangat penting.

Desain pada Al Rihla memungkinkan bola mempertahankan kecepatan yang jauh lebih tinggi saat bergerak di udara.

Adidas merancang bola ini sedemikian rupa untuk tetap maksimal dan terprediksi ketika ditendang dan terbang degan kecepatan signifikan. Ditambah, bola ini adalah bola Piala Dunia pertama yang menggunakan tinta dan lem berbasis air.(Sumber)