News  

Bentrok Berdarah TKA China Vs Pekerja Lokal, Dampak Buruk Kebijakan Jokowi Impor Kuli Kasar

Akademisi yang juga pengamat politik Rocky Gerung menyebut kerusuhan antara Tenaga Kerja Asing (TKA) China dan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) PT Gunbuster Nickel Industri (GNI) bukan sekadar masalah etnis antara pekerja China dan pribumi. Hal yang paling mendasar adalah soal ketidakadilan.

“Jadi, di latar belakang Morowali itu ada ketegangan modal di situ, bukan sekadar kecemburuan etnis di situ. Bahwa ini China versus lokal, enggak. Di situ ada ketidakadilan yang dasarnya eksploitasi kapitalistik,” ungkap Rocky Gerung dalam perbincangan dengan wartawan senior FNN Hersubeno Arief di kanal YouTube Rocky Gerung Official, Senin (16/1/2023).

Nara sumber tetap FNN itu bilang, bangsa ini sebenarnya bangsa yang toleran. Hal itu bisa dilihat di pasar-pasar, para penduduk lokal (pribumi) dan etnis China berdampingan menjajakan dagangannya.

“Jadi kita lihat bangsa ini sebetulnya toleran, hanya bila terjadi ketidakadilan yang menyangkut perut maka terjadi ketegangan,” terangnya.

Diketahui, kerusuhan yang terjadi pada Sabtu (14/1/2023) lalu itu berujung dengan tewasnya tiga pekerja, 1 TKA China dan 2 TKI.

Lebih lanjut, Rocky menegaskan bahwa kerusuhan yang terjadi di pabrik nikel di Morowali Utara tidak terjadi di pasar-pasar karena di sana tidak ada eksploitasi.

Sementara, pada industri strategis, seperti pabrik nikel, TKA cenderung terlihat lebih mewah, hidupnya lebih makmur. Itulah yang menyebabkan ketegangan sosial.

“Jadi bukan karena etnisitas, tapi karena ketidakadilan yang disebabkan oleh favoritisme negara kepada modal China dalam hal ini,” jelasnya.

Ketegangan kata Rocky makin meruncing, melihat kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat. Presiden Jokowi misalnya, pada suatu kesempatan bilang pekerja Indonesia pemalas dan tidak bisa mengoperasikan teknologi. Namun, di sisi lain, malah mengimpor pekerja kasar.

“Kenapa Jokowi mengimpor memasukkan tenaga kerja yang juga bisa dilakukan oleh anak Indonesia lokal. Jadi sopir, jadi pengangkut material segala macam. Itu yang menimbulkan kesenjangan pendapatan dan sekaligus potensi kerusuhan sosial,” pungkasnya. (Sumber).