Christine Hakim, Aktris Senior Indonesia Yang Perankan Sosok Ilmuwan di Serial ‘The Last Of Us’

Aktris senior Christine Hakim kini sedang menjadi sorotan. Perempuan 66 tahun itu turut ambil peran di serial The Last Of Us yang tayang di HBO mulai 16 Januari lalu.

Christine Hakim mulai muncul dalam serial The Last Of Us di episode dua. Dalam serial tersebut, Christine Hakim memerankan Dr. Ratna, profesor biologi yang berfokus dalam penelitian jamur.

Netizen di Twitter ramai menuturkan bahwa mereka bangga melihat aksi Christine Hakim di serial The Last of Us. Nama Christine Hakim bahkan berhasil trending di Twitter.

Lantas, siapakah sosok Christine Hakim? Simak profil singkatnya berikut ini.

Profil Christine Hakim
Pemilik nama lengkap Herlina Christine Natalia Hakim itu lahir di Jambi, 25 Desember 1956. Dia dikenal sebagai seorang aktor, produser, dan aktivis.

Christine memulai kariernya di industri hiburan sebagai aktor. Film Cinta Pertama yang tayang 1973 menjadi penanda debutnya sebagai seorang aktor. Dari perannya di film tersebut, Christine berhasil menyabet citra Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik.

Sejak itu, Christine mulai banyak membintangi judul film dan namanya makin dikenal banyak orang. Tahun 1974, ia turut ambil peran di film Kawin Lari yang disutradarai oleh Teguh Karya.

Setelah itu, ia terlibat dalam sejumlah film seperti Sesuatu yang Indah, Si Doel Anak Modern, Badai Pasti Berlalu, Petualang-Petualang, Tjoet Nja’ Dhien dan masih banyak lainnya.

Christine kemudian melebarkan sayapnya di dunia perfilman Hollywood pada 2010. Bersama Julia Roberts, Christine membintangi film Eat Pray Love. Ketika itu, Christine berperan sebagai Wayan, seorang penjual jamu asal Bali.

Kemampuan dan pengalamannya di dunia akting mengantarkan Christine menjadi seorang produser. Film pertama garapannya berjudul Daun di Atas Bantal yang tayang di tahun 1998. Di tahun 2001, Christine kembali memproduksi film yang bertajuk Pasir Berbisik.

Christine juga sempat memproduksi sejumlah film dokumenter. Dia telah menghasilkan film dokumenter tentang Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia.

Selanjutnya di tahun 2011, Christine membuat film dokumenter mengenai autisme yang dirilis bertepatan dengan Hari Kesadaran Autisme Sedunia. Film dokumenter lainnya yang ia produksi adalah film yang menceritakan tentang orang Dayak Kalimantan.

Selama sepak terjangnya di dunia perfilman, Christine telah memperoleh delapan Piala Citra, mendapat penghargaan seumur hidup dari Festival Film Indonesia, Indonesian Movie Actors Awards dan Festival Film Internasional Cinemanila. Selain itu, ia juga pernah dinobatkan sebagai anggota juri pada ajang Festival Film Cannes 2002.(Sumber)