Sabtu (13/4/2019) pukul 13.30 WIB, di Resto Bumbu Desa, Cikini, Garda Panca Bhakti menyelenggarakan diskusi bertema “Arah Politik Partai Golkar Pasca Pilpres 2019”.
Hadir sebagai narasaumber: Wakil Direktur Lembaga Kajian Hukum dan Demokrasi; Syamsu Rizal, Aktivis Generasi Muda Partai Golkar (GMPG); Mirwan B.Z. Vauly, Aktivis Praja Muda Beringin (PMB); Khalid Zabidi dan Pengamat Politik yang juga Koordinator Petisi 28; Haris Rusli.
Diskusi sempat diwarnai kericuhan dari sekelompok oknum berkaos kuning bertuliskan KM AMPG, singkatan dari Kesatuan Mahasiswa Angkatan Muda Partai Golkar. Mereka memaksa acara dibubarkan sambil menuding ada rencana terselubung di balik diskusi ini.
“Kalian punya agenda. Bubar! Kalian tak punya izin” ujar pimpinan kelompok tersebut yang ditengarai bernama Muhammad Alexandra, Ketua Umum KM AMPG. Diskusi dianggap tidak sejalan dengan kehendak mereka dan kebijakan Partai Golkar.
Saat salah satu pembicara, Syamsu Rizal mempertanyakan keanggotaan kelompok tersebut, mereka kebingungan dan tak dapat menunjukkan Kartu Tanda Anggota (KTA) Golkar. “Ini KTA Saya, Saya kader Golkar. Mana KTA anda? Kader gadungan!” tutur Syamsu Rizal keras.
Akhirnya panitia dibantu petugas keamanan berhasil menghalau kelompok yang diduga orang-orang bayaran keluar ruangan dan diskusi dilanjutkan. “Mahasiswa koq tampangnya tua-tua dan beringas. Kaosnya juga seperti pembagian, dikenakan di luar pakaian” cetus salah satu peserta diskusi.
Garda Panca Bhakti sendiri adalah wadah diskusi dan bertukar pikiran kader-kader muda Partai Golkar yang gelisah dengan situasi dan kondisi Partai Golkar saat ini baik di pemilu legislatif (pileg) maupun di pemilihan presiden (pilpres) 2019. kalimat Panca Bhakti sendiri diambil dari 5 poin ikrar kader-kader Partai Golkar, Ikrar Panca Bhakti.
Kader-kader muda Golkar prihatin peran dan posisi Golkar dalam dinamika politik nasional yang berkembang. “Di masa Ketua Umum DPP Setya Novanto, Golkar menari diatas genderang kekuasaan. Kini Golkar bukan lagi menari melainkan menjilat kekuasaan sehingga kami memandang Golkar kehilangan marwahnya dan tidak lagi mejadi penentu arah politik nasional” ujar Syamsu Rizal