News  

Anies Baswedan Diprediksi Menang Satu Putaran

Banyak yang menjegal Anies Baswedan agar batal menjadi calon presiden pada Pemilihan Presiden 2024.

Namun upaya penjegalan itu hanya bisa dirasakan, sulit dibuktikan.

Seperti angin yang menyentuh tangan dan bahu kita, tetapi tidak bisa ditangkap.

Demikian Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dalam wawancaranya dengan sebuah media akhir pekan lalu.

Nasdem pada 3 Oktober 2022 telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres untuk Pilpres 2024.

Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kemudian menyusul mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta itu sebagai capres.

Di pihak lain, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto telah ditetapkan partainya sebagai capres 2024 melalui Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Gerindra, Agustus 2022.

Menyusul kemudian Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soakarnoputri menetapkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai capres 2024 pada 21 April 2023.

Dalam survei berbagai lembaga kredibel, elektabilitas atau tingkat keterpilihan Anies Baswedan selalu berada di urutan ketiga setelah Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

Ganjar dan Prabowo terkadang bertukar tempat di posisi pertama dan kedua. Namun, Anies selalu berada di posisi ketiga.

Meski demikian, posisi ketiga ini tidak menjadikan Anies ciut nyali.

Berkaca pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun 2017 di mana lembaga-lembaga survei selalu menempatkannya bersama Sandiaga Uno di posisi ketiga, kali ini pun Anies yakin akan terpilih pada Pilpres 2024, sebuah optimisme dan keyakinan diri yang patut diacungi jempol.

Pertanyaannya, kalau memang elektabilitas Anies berada di posisi ketiga, mengapa banyak pihak merasa terancam oleh keberadaan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini sehingga perlu menjegalnya?

Bahkan enam ketua parpol koalisi pendukung pemerintah sampai “ngeriung” di Istana Negara, Jakarta, Selasa (2/5/2023), minus Surya Paloh, padahal Nasdem merupakan parpol anggota koalisi.

Kalau memang Anies menjadi ancaman terkait kesinambungan program pembangunan, bukankah itu normatif saja? Jangankan ganti presiden, ganti menteri ganti kebijakan saja sudah biasa?

Sebenarnya tidak perlu ada yang paranoid, karena jika suatu program pembangunan itu bagus, maka niscaya akan Anies lanjutkan.

Lihat saja “track records” atau rekam jejak Anies saat memimpin Jakarta. Program pendahulunya yang baik dilanjutkan, bahkan ditingkatkan, sementara program yang kurang baik akan dievaluasi atau bahkan dihentikan, dan itu normatif saja sebenarnya.

Atau ada pihak-pihak yang memang ketakutan akan ada masalah di kemudian hari jika Anies berkuasa karena mantan Rektor Universitas Paramadina, Jakarta, ini dikenal tegas dan bersih?

Kalau tidak bersih, mana mungkin bisa tegas? Sebaliknya, bagi mereka yang bersih, tidak perlu takut menghadapi Anies. Kecuali mereka yang tidak bersih, boleh takut.(Sumber)