News  

Inilah Fakta Anies Rasyid Baswedan Beda Dengan HTI

Amat lucu bahkan super lucu. Kelucuan yang membodoh-bodohi. Apalagi ditambah-tambahi dengan cocoklogi. Menghubung-hubungkan yang tidak ada hubungannya. Mengait-ngaitkan Anies Rasyid Baswedan yang tidak ada kaitannya dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Sederhana untuk menilai ada tidaknya keterkaitan antara Anies Rasyid Baswedan dan HTI. Anies Rasyid Baswedan pro demokrasi. HTI anti demokrasi. Anies Rasyid Baswedan ikut pemilu.

Sementara HTI tidak ikut pemilu. HTI memperjuangkan khilafah. Anies Rasyid Baswedan memperjuangkan terwujudnya janji kemerdekaan sebagaimana disebut dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

Tujuan dan latar belakang HTI mewujudkan kembali Daulah Khilafah Islamiyyah di muka bumi, merupakan tujuan utama yang melatarbelakangi berdirinya Hizbut Tahrir dan segala aktivitasnya.

Yang dimaksud khilafah adalah kepemimpinan umat dalam suatu Daulah Islam yang universal di muka bumi ini, dengan dipimpin seorang pemimpin tunggal (khalifah) yang dibai’at oleh umat. (Lihat Mengenal HT, hal. 2, 54).

Ini yang lebih parah. HTI takfiri, yaitu menuduh (menghakimi) seorang muslim dengan kafir. Anies Rasyid Baswedan sebaliknya. Tidak mengkafirkan sesama muslim.

Anies Rasyid Baswedan tidak mengkafirkan negara-negara Islam di dunia. Negara-negara Islam yang dimaksud adalah negara-negara mayoritas penduduknya Islam. Bagi HTI, negara-negara Islam tersebut negara kafir.

Perlu kita ketahui, apa yang melandasi HTI untuk mewujudkan Daulah Khilafah Islamiyyah di muka bumi? Landasannya adalah bahwa semua negeri kaum muslimin dewasa ini -tanpa kecuali- termasuk kategori Darul Kufur (negeri kafir), sekalipun penduduknya kaum muslimin.

Karena dalam kamus HTI, yang dimaksud Darul Islam adalah daerah yang didalamnya diterapkan sistem hukum Islam dalam seluruh aspek kehidupan termasuk dalam urusan pemerintahan, dan keamanannya berada di tangan kaum muslimin, sekalipun mayoritas penduduknya bukan muslim.

Sedangkan Darul Kufur adalah daerah yang didalamnya diterapkan sistem hukum kufur dalam seluruh aspek kehidupan, atau keamanannya bukan di tangan kaum muslimin, sekalipun seluruh penduduknya adalah muslim.

Dengan alasan itu saja sudah cukup. Tidak ada relevansinya sama sekali antara Anies Rasyid Baswedan dengan HTI. Apalagi bagi HTI demokrasi itu haram. Sistem jahiliyah. Siyasah jahiliyah bukan siyasah syar’iyyah.

Mantan juru bicara HTI, Muhammad Ismail Yusanto, menegaskan bahwa pihaknya mengkritik keras terhadap sistem demokrasi. Kritikan itu tertuju pada inti dari sistem tersebut, yaitu kedaulatan di tangan rakyat.

Ismail dengan tegas menyatakan sistem demokrasi tidak sesuai dengan ajaran Islam pada titik hak untuk menerbitkan hukum. Dalam Islam, kata dia, kedaulatan di tangan Allah.

“Kedaulatan bukan di tangan rakyat dalam makna siapa yang punya hak membuat hukum,” kata Ismail Yusanto.

Menurut Ismail, pihaknya sangat tidak sepakat apabila yang menentukan hukum adalah rakyat melalui wakil-wakilnya atau anggota Dewan. Bahkan ia menyebut konsep demokrasi tersebut 180 derajat berseberangan dengan ideologi HTI.

Para ulama menasihati kita agar senantiasa menunjukkan kebaikan kepada penguasa, mengajarkan mereka hal-hal yang bermanfaat untuk mereka, dan mengajak mereka untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta untuk menegakkan kebenaran.

Yang wajib adalah menasihati mereka, (bukan memberontak). Karena pemberontakan itu menimbulkan fitnah (musibah) dan bala serta tumpahnya darah tanpa hak.

Maka hendaknya para ulama dan orang-orang shalih senantiasa menasihati para penguasa, menunjukkan mereka kebaikan, serta mengajak mereka untuk menebar kemaslahatan bagi rakyat.

Agama itu nasihat. Mestinya kita ikhlas karena Allah saja, dan menjadi penasihat bagi umat. Sebagaimana telah datang penjelasannya dalam sebuah hadits shahih.

اَلدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، قَالُوْا: لِمَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: ِللهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُوْلِهِ، وَِلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ أَوْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ، وَعَامَّتِهِمْ.

“Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat. Mereka (para Sahabat) bertanya: ‘Untuk siapa, wahai Rasulullah?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam kaum Muslimin atau Mukminin, dan bagi kaum Muslimin pada umumnya.” [Riwayat Muslim dari hadits Tamim ad-Daari]

Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua, Aamiin.

Jakarta, 23 Syawal 1444/14 Mei 2023
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis