SEBANYAK 5 skandal heboh yang melibatkan pebulu tangkis top dunia akan dibahas Okezone di artikel ini. Dari kelima skandal tersebut, salah satu di antaranya ada match fixing (pengaturan pertandingan/skor) yang dilakukan oleh eks musuh Viktor Axelsen!
Bulu tangkis memang dianggap sebagai olahraga yang melibatkan persaingan ketat dan bergengsi. Tak jarang, atlet paling terhormat sekalipun melakukan cara yang dilarang saat bertanding untuk mendapat kemenangan.
Dalam upaya untuk mencegah skandal doping, pengaturan pertandingan, hingga perjudian di masa depan, BWF telah melembagakan program pendidikan integritas yang komprehensif. Namun, sebelum itu, sudah ada sejumlah skandal yang melibatkan pebulu tangkis top dunia. Apa saja?
Berikut 5 Skandal Heboh yang Libatkan Pebulu Tangkis Top Dunia:
5. Pakai Baju Tenis (Lyle Evans Mahan)
Menurut laporan Badminton Justin, skandal paling awal yang tercatat dalam sejarah bulu tangkis adalah kasus Lyle Evans Mahan yang menimbulkan kontroversi di awal 1900-an. Ketika itu, dia memutuskan untuk bertanding tanpa mengenakan pakaian tuksedo di Klub Bulu Tangkis New York.
Baru setelah hal yang mengejutkan ini, klub tersebut memutuskan untuk membiarkan para pemain, termasuk Lyle Evans Mahan, bertanding dengan mengenakan pakaian tenis. Hal ini pun sempat menimbulkan pro-kontra.
4. Skandal Perjudian (Kenichi Tago)
Kenichi Tago pernah menjadi pemain nomor 3 dunia dan menjadi bintang bulu tangkis Jepang. Namun pada April 2016, tepat sebelum Olimpiade di Rio, Tago menerima larangan tak terbatas dari BWF.
Penyebabnya, Tago ketahuan berjudi di kasino ilegal. Dia melakukannya bersama Kento Momota yang pernah menjadi tunggal putra nomor satu dunia.
Momota telah kembali menaiki tangga kesuksesan, sementara Tago terpuruk di Malaysia. Perjudian kasino (yang ilegal di Jepang) tidak hanya membuat Tago kehilangan karier bulu tangkisnya, tetapi juga mengorbankan pekerjaan hariannya di perusahaan telegraf dan telepon Jepang.
3. Larangan Skill S-serve (Sidek Bersaudara)
Sidek bersaudara adalah pemain bulu tangkis yang terampil dan inventif dari keluarga yang kaya bakat. Mereka sangat sukses sehingga klub bulu tangkis lawan berusaha agar skill S-serve mereka tidak dilakukan dalam kompetisi, karena lawan merasa dirugikan.
Lima Sidek bersaudara yang juga pemain kelas dunia itu memulai kesuksesannya di awal 1980-an. Mereka memenangkan gelar dan medali di turnamen berkelas, termasuk All-England, Piala Dunia, Olimpiade, dan banyak turnamen besar lainnya.
Pada 1985, keluarga Sidek membuat sejarah ketika mereka menjadi kelompok saudara terbesar yang pernah mewakili negaranya di luar negeri dalam acara olahraga yang sama. Misbun, Razif, Jalani, Rahman, dan Rashid semuanya dipilih untuk bersaing di Hong Kong Open.
Mereka juga dikenal sebagai pendiri servis “S” yang terkenal, yang menyebabkan gerakan shuttle yang tidak menentu, yang membingungkan lawan dan ofisial. Servis tersebut menyebabkan banyak kegemparan dan akhirnya dilarang oleh Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF).
2. Langgar Kode Etik Match Fixing/Pengaturan Pertandingan (Joachim Persson)
Eks pemain bulu tangkis Denmark, Joachim Persson, dilarang oleh federasi dunia selama 18 bulan karena melanggar kode etik pengaturan pertandingan. Meskipun, Persson tidak benar-benar berpartisipasi dalam pengaturan pertandingan apa pun.
Namun, dia memang melanggar kebijakan BWF yang mewajibkan setiap orang yang dilindungi untuk melaporkan setiap kali mereka didekati untuk berpartisipasi dalam pengaturan pertandingan, bahkan jika mereka menolak. Selain itu, Persson menolak untuk mengizinkan akses BWF ke catatan banknya selama penyelidikan atas pendekatan ini.
Pelanggaran itu membuatnya kehilangan kemampuannya untuk bermain atau melatih di klub atau turnamen yang disetujui BWF. Bahkan, klub bulu tangkis Denmark tempat dia bekerja dan melatih memutuskan hubungan dengannya sepenuhnya. Dia didenda 4.500 dolar AS.
1. Skandal Match Fixing/Pengaturan Pertandingan (Zulfadi Zulkiffli dan Tan Chun Seang)
Dua pemain Malaysia, Zulfadli Zulkiffli dan Tan Chun Seang terlibat match fixing di sejumlah turnamen bulu tangkis pada 2013 hingga 2014. Akibatnya, Tan Chun Seag dilarang mengikuti kegiatan bulu tangkis di bawah BWF selama 15 tahun dan didenda 15 ribu dolar AS atau sekira Rp209 juta.
Sanksi lebih berat didapat oleh Zulfadli Zulkiffli didenda sebesar 25 ribu dolar AS atau sekira Rp348 juta, plus larangan main selama 20 tahun atau hingga 2038. Zulfadi Zulkiffli didakwa melakukan 31 pelanggaran kode etik sejak 2013-2016.
Menariknya, Zulfadli Zulkiffli pernah berhasil meraih medali emas di Kejuaraan Dunia Junior 2011. Luar biasanya, dia sukses menaklukkan Viktor Axelsen yang notabene sekarang menjadi tunggal putra nomor 1 dunia di final dengan skor 21-18, 9-21, 21-19.(Sumber)