Jika tanpa sosok Aburizal Bakrie, peringatan Hari Batik Nasional yang dirayakan setiap tanggal 2 Oktober mungkin tak akan pernah terjadi. Sedikit dari kita yang mengetahui bahwa Aburizal Bakrie memiliki peran penting dalam mewujudkan Hari Batik Nasional. Jalan panjang untuk menjadikan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional memang dinukil saat Aburizal Bakrie menjadi Menko Kesra di tahun 2009.
Kontribusi Ketua Dewan Pembina DPP Partai Golkar dalam menjadikan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional pun ditegaskan melalui unggahan di instagramnya @aburizalbakrie.id. Dalam postingan terbarunya, Aburizal Bakrie mengunggah foto bersama Walikota Pekalongan periode 2005-2010, Mohamad Basyir Ahmad serta Ketua Umum Yayasan Kadin Indonesia Imam Sucipto Umar.
“Di Hari Batik Nasional saya ingat kenangan lama di tahun 2009. Saat itu saya sebagai Menkokesra, bersama Walikota Pekalongan Mohamad Basyir Ahmad dan Ketua Umum Yayasan Kadin Indonesia Imam Sucipto Umar, dll., syukuran atas berhasilnya perjuangan kami agar batik diakui dunia,” tulis Aburizal Bakrie seperti dikutip redaksi Golkarpedia melalui unggahan akun instagramnya @aburizalbakrie.id.
Klaim negeri tetangga, Malaysia di tahun 2008 terhadap khasanah kekayaan budaya Indonesia seperti batik membuat banyak pihak merasa gerah, termasuk Aburizal Bakrie dan Yayasan KADIN yang pertama kali mempelopori perjuangan batik sebagai warisan dunia.
Saat itu Imam Sucipto, sebagai Ketua Yayasan Kadin mencoba berkomunikasi dengan Aburizal Bakrie untuk membantu Yayasan Kadin memperjuangkan batik agar diakui UNESCO sebagai warisan dunia.
Bersama Yayasan Kadin, Ketua Umum Partai Golkar periode 2009-2014 itu kemudian memotori penelitian ke seluruh pelosok Indonesia, termasuk diantaranya adalah dengan komunitas dan ahli batik di 19 Provinsi untuk meyakinkan bahwa asal muasal batik benar dari Indonesia.
Setelah riset rampung dilaksanakan, tim lantas mendaftarkan batik sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO. Sekretariat Warisan Budaya Tak Benda UNESCO menyebutkan bahwa berkas nominasi Batik Indonesia telah lengkap dan selanjutnya menunggu hasil evaluasi Subsidiary Body yang bertemu dalam sidang tertutup di Paris pada 11-15 Mei 2009.
Hasil Evaluasi disampaikan kepada Indonesia pada 1 Juli 2009. Selanjutnya diadakan sidang sidang Intergovernmental Committee Warisan Budaya Tak Benda pada tanggal 23 September 2009 di Uni Emirat Arab.
Hingga puncaknya, pada 2 Oktober 2009, UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) milik Indonesia.
Bersamaan dengan keputusan UNESCO tersebut, terbitlah pula Keppres Nomor 33 Tahun 2009 untuk menetapkan Hari Batik Nasional dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya perlindungan dan pengembangan batik Indonesia.
Aburizal Bakrie selaku Menko Kesra saat itu turut menegaskan eksistensi dengan mengimbau kepada seluruh masyarakat khususnya pelajar, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan para karyawan swasta untuk terus mensukseskan batik dengan wajib menggunakan batik pada hari tertentu, termasuk di Hari Batik Nasional.
Perjalanan panjang perjuangan suami dari Tatty Murnitriati terhadap keberadaan batik di mata dunia berbuah manis hingga hari ini. Batik pun menjadi busana yang digemari berbagai kalangan, digunakan tak hanya untuk menghadiri perayaan pesta, kini batik sudah menjadi pakaian sehari-hari.
“Memperjuangkan batik yang akhirnya dikukuhkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia, adalah perjuangan yang panjang. Mari syukuri dengan terus memakai dan melestarikan batik,” tulis Aburizal Bakrie lagi memberi pesan pada unggahan akun instagramnya. {golkarpedia}