News  

Pengamat: Jangan Sampai Argo Parahyangan Lenyap Dampak Whoosh Beroperasi

Nasib Kereta Api (KA) Argo Parahyangan menjadi tanda tanya besar setelah Kereta Cepat Whoosh Jakarta-Bandung (KCJB) beroperasi sejak Senin (2/10). Sebab, kedua moda transportasi tersebut memiliki relasi yang sama.

Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, menilai beroperasinya KCJB seharusnya tidak menjadi alasan penutupan layanan KA Argo Parahyangan.

“Ada angkutan umum baru bukan mengalihkan pengguna angkutan umum lain konsepnya, itu keliru, sehingga bagaimana orang banyak menggunakan kendaraan pribadi itu mau beralih menggunakan angkutan umum,” ujar Djoko kepada kumparan, Minggu (8/10).

Semakin banyak pilihan angkutan umum, menurut Djoko, bisa berdampak pada berkurangnya kemacetan, waktu tempuh semakin cepat, dan mengurangi penggunaan BBM yang lebih dari 50 persen adalah impor.

KA Argo Parahyangan. Foto: KAI
KA Argo Parahyangan. Foto: KAI

Selain itu, kata Djoko, pengelola KA Argo Parahyangan adalah PT KAI (Persero), berbeda dengan KCJB oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang merupakan konsorsium. Sehingga, KAI bisa kehilangan pendapatan jika Argo Parahyangan ditutup.

“Jadi tidak mungkin hilang, tapi kalau penumpangnya nanti beralih iya kemungkinan karena mungkin pengguna Argo Parahyangan itu pengennya cepat,” tutur Djoko.

Djoko malah berharap para pengguna kendaraan pribadi melalui jalan tol bisa beralih menggunakan kedua transportasi tersebut. Dia akan memantau bagaimana perkembangan pengguna Whoosh dengan tarif yang akan diumumkan setelah operasional gratis hingga 10 Oktober ini

Di sisi lain, Djoko menilai alih-alih ditutup, PT KAI (Persero) bisa melakukan inovasi terhadap layanan KA Argo Parahyangan agar tidak berkurang pasarnya, yaitu dengan memperbanyak pemberhentian.

“Argo Parahyangan jangan ditutup, seharusnya ada inovasi, mungkin berhentinya biar tetap dia bisa nambah penumpang dengan berhentinya di stasiun yang lain,” kata Djoko.

Saat ini, pemberhentian KA Argo Parahyangan yakni Stasiun Gambir, Jatinegara, Bekasi, Cikarang, Cimahi, dan Bandung. Djoko menyarankan ada stasiun tambahan seperti Cikampek atau Purwakarta.

“Orang bisa terangkut lebih banyak, inovasinya memperbanyak pemberhentiannya, tarifnya tetap saja. Sehingga waktu tempuhnya bisa lebih agak lama sedikit, yang mau cepat tinggal naik kereta cepat,” terang Djoko.

Sebelumnya, pemerintah sempat mewacanakan bakal menutup KA Argo Parahyangan supaya penumpang beralih ke kereta cepat. Soal ini, Presiden Jokowi memastikan akan memantau kembali nasib kereta tersebut.

“Ya tetap nanti kan dilihat. Masyarakat itu diberi banyak pilihan,” ucap Jokowi kepada wartawan di Stasiun KCJB Padalarang, Senin (2/10).

Selain KA Argo Parahyangan, Jokowi mengatakan masyarakat juga masih memiliki pilihan transportasi dari Jakarta menuju Bandung dan sebaliknya melalui jalan tol atau jalan nasional, baik kendaraan pribadi maupun menggunakan shuttle bus yang biasanya digunakan masyarakat.

“Masyarakat diberi banyak opsi pilih ini, pilih ini, pilih ini, yang terbaik, semakin banyak. Termasuk kayak jalan juga sama, mau lewat jalan yang nasional silakan, mau lewat yang tol silakan,” tutur Jokowi.(Sumber)