News  

Dukung Komitmen Eliminasi TBC di Indonesia, Kemenkes Gandeng USAID Perkuat Peran Jaringan Rumah Sakit Swasta Besar

Indonesia menempati urutan kedua di dunia untuk negara dengan beban kasus Tuberkulosis (TBC) tertinggi setelah India, dengan estimasi jumlah kasus sebanyak 969.000. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, sebesar 75% kasus TBC yang dilaporkan di tahun 2022. Masih terdapat gap dalam pelaporan kasus TBC.

Jika ditinjau berdasarkan kontribusi pelaporan TBC, sebagian besar pasien TBC yang dilaporkan berasal dari layanan pemerintah, baru sebesar 26% kasus dari rumah sakit swasta dan 1% kasus dari tempat praktik mandiri dokter (TPMD)/klinik swasta.

Untuk itu, penguatan jejaring layanan dengan melibatkan semua fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), baik pemerintah maupun swasta, perlu dilakukan untuk mencapai Indonesia bebas TBC di tahun 2030.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah kegiatan pelibatan jaringan rumah sakit swasta besar (big chain hospital engagement). Inisiatif BCHE telah dimulai tahun 2022, ditandai dengan penandatanganan PKS (Perjanjian Kerja Sama) antara jaringan rumah sakit swasta besar dengan Kementerian Kesehatan dan dilanjutkan dengan penguatan sistem rumah sakit melalui pembentukan tim TBC, standarisasi SOP, dan penguatan sistem informasi TBC.

Di penghujung tahun 2023, Kegiatan pelibatan jaringan rumah sakit swasta besar ini akan berfokus pada 6 kegiatan. Pertama, Mengidentifikasi terduga TBC melalui skrining TBC secara sistematis kepada seluruh pasien yang berkunjung;

Kedua, Memperluas akses penegakkan diagnosis yang berkualitas kepada seluruh terduga TBC melalui jejaring laboratorium pemeriksaan tes cepat molekuler (TCM);

Ketiga, Memberikan dukungan pendampingan pasien TBC untuk memulai dan menjalani pengobatan hingga sembuh;

Keempat, Berjejaring dengan Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat dalam melakukan investigasi kontak dari pasien TBC;

Kelima, Mengintegrasikan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMRS), Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB), dan SATUSEHAT guna memastikan pencatatan dan pelaporan pasien TBC dari seluruh unit layanan dalam rumah sakit;

Keenam, Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan melalui kegiatan coaching TBC dan e-learning TBC.

“Kami apresiasi kepada seluruh manajemen pusat beserta rumah sakit jejaringnya, dimana sudah 100% rumah sakit swasta di bawah jaringan besar engaged dalam program TBC dengan melaporkan terduga ke SITB. Harapannya, komitmen tersebut dapat menjadi praktik baik bagi rumah sakit swasta lain untuk terlibat dalam program TBC” ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dr. Imran Pambudi, MPHM.

Hal ini disampaikan Imran Pambudi dalam sambutannya hari ini sebagai apresiasi kepada USAID TBPS yang telah mendukung optimalisasi peran rumah sakit jaringan big chain.

Adapun jaringan rumah sakit swasta besar yang hari ini menyatakan komitmennya untuk ikut serta pada kegiatan skrining TBC adalah

1. PT Medikaloka Hermina, Tbk,
2. PT Famon Awal Bros Sedaya, Tbk,
3. PT Pertamina Bina Medika IHC, dan
4. PT Siloam International Hospitals, Tbk.

“Penyakit tuberkulosis tidak memandang latar belakang dan sosial ekonomi, untuk itu Primaya Hospital Group mendukung penuh upaya pemerintah dalam menanggulangi penyakit tuberkolosis. Partisipasi Primaya Hospital Group dalam kegiatan ini merupakan bentuk komitmen kami untuk dapat aktif berkontribusi dalam deteksi dan penanganan TBC di Indonesia.

Terima kasih untuk Kementerian Kesehatan dan dukungan USAID TBPS atas kepercayaan yang diberikan kepada jaringan Primaya Hospital Group. Selain menyediakan fasilitas, kami juga mendedikasikan tenaga medis yang profesional, mengimplementasikan proses, dan membangun sistem pelaporan yang terintegrasi dengan SIMRS.

Kami berharap kolaborasi dalam program TBC ini memberikan manfaat besar untuk masyarakat Indonesia dan semakin memperkuat infrastruktur dan pelayanan kesehatan di Indonesia,” tutur CEO Famon Awal Bros Sedaya, Leona A. Karnali mewakili jaringan rumah sakit swasta besar lainnya.

Kegiatan skrining TBC ini akan dilakukan di 66 rumah sakit dalam empat jaringan rumah sakit swasta besar yang tersebar di 24 kabupaten/kota di 9 provinsi di Indonesia (Bangka Belitung, Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat). Dukungan USAID TBPS pada kegiatan ini akan berlangsung hingga September 2025.

Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini juga akan didukung oleh 17 orang district BCH coordinator. Kegiatan ini diharapkan dapat menambah notifikasi kasus TBC sebesar 13,712 di tahun 2025.

“Amerika Serikat mendukung inisiatif Kementerian Kesehatan Indonesia dalam memperluas kegiatan skrining TBC,” demikian disampaikan dr. Enilda Martin, Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia. “Bekerja sama dengan rumah sakit swasta akan membantu menemukan, mengobati, dan menyembuhkan lebih banyak penderita TBC sehingga kita dapat mengeliminasi TBC di Indonesia pada tahun 2030,” pungkasnya. {redaksi}