News  

Dicurhati Kader PDIP Soal Jokowi, Ganjar Sindir Beda Loyalitas Anggota dan Kader

Kader PDIP asal Kabupaten Tabanan, Bali, Komang Suparman, curhat ke Bacapres Ganjar Pranowo tentang sikap Presiden Jokowi. Dia kecewa Jokowi dan keluarganya meninggalkan PDIP serta membentuk dinasti politik.

Padahal, seluruh kader di akar rumput memperjuangkan agar Jokowi menang pada Pilpres sehingga menjabat sebagai presiden dua periode atau selama 2014-2024.

“Menyikapi keadaan nasional yang sekarang, seperti di tingkat nasional, terutama Pak Presiden yang mana terjadi perpolitikan yang diterapkan beliau tidak ada perasaan,” katanya di Kantor DPD PDIP Bali, Jalan Benteng Baru, Kota Denpasar, Kamis (2/11).

“Baru sekali kita mendukung sampai berdarah-darah di semua daerah di Indonesia, dengan sikap begitu tanpa ada perasaan dia membentuk dinasti dan melupakan begitu saja perjuangan PDIP,” katanya.

Dia berharap Ganjar tidak meniru sikap Jokowi bila kelak menang dalam Pilpres 2024. Selain itu, memikirkan perasaan para kader lainnya.

“Saya minta selaku senior dan calon (presiden) PDIP untuk selalu tegak lurus membangun bangsa dan negeri dengan penuh perasaan. Merdeka,” katanya.

Ganjar merespons curhat Komang Suparta dengan menjelaskan perbedaan loyalitas antara anggota dan kader.
Anggota adalah seseorang yang belum pernah menerima pendidikan kaderisari. Sedangkan, kader menerima pendidikan mulai dari tingkat pratama hingga utama.

Ganjar menuturkan dirinya telah mengikuti kaderisasi di Bali, NTB dan Papua. Namun, dia tak membeberkan status Jokowi sebagai kader atau anggota.

“Kalau enggak pernah diberikan kaderisasi, orang masuk partai, masuk PDIP tiba-tiba, itu belum kader, itu anggota,” katanya.

Menurutnya, kaderisasi menciptakan kader loyal dan mencintai partai sepenuh hati. Kader siap menghadapi berbagai dinamika politik dan menghormati mekanisme kerja partai lain.

Dalam dinamika politik, dia yakin setiap kader pasti memiliki rasa kecewa terhadap pimpinan. Kader biasanya bisa bersikap bijaksana dengan memilih berdiskusi atau berdebat bukan meninggalkan partai.

“Itulah kekecewaan, tapi bukan berarti harus kemudian kita minggat kan? Kita enggak meninggalkan to? Mungkin kita diskusi, mungkin kita berdebat, itu lah dinamika partai yang ada,” katanya.

Menurutnya, suasana Pemilu 2024 memang panas. Ganjar berharap para kader terus saling mengingatkan demi kepentingan partai.

“Jadi, penting untuk mengingatkan, penting untuk mengkomunikasikan. Jadi umpama saya diingatkan, saya balik mengkomunikasikan, begitu,” kata Ganjar.

Dia berharap tidak ada kader yang dendam dengan keputusan Jokowi. Kader fokus pada pemenangan Pemilu 2024.
“Dinamikanya seram, enggak papa, emang saya sampai dengan keputusan ini landai-landai saja, kan tidak? Dinamikanya luar biasa, komunikasi yang ada di publik kan luar biasa, tapi itulah kita, enggak apa-apa,”
“Ada dendam? Tidak. Begitu diputus, kita kompak, go, kan begitu,” sambungnya.(Sumber)