News  

Hashim: 2019 Kalau Prabowo Tak Gabung Jokowi, RI Bisa Rusuh dan Perang Saudara

Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, kembali menyinggung momen Prabowo Subianto memutuskan bergabung dengan pemerintahan Jokowi pada 2019.

Hashim mengatakan, setelah dua kali mengalahkan Prabowo di Pilpres, Jokowi mengajak Prabowo untuk bergabung di pemerintahannya sebagai Menhan.

Adik kandung Prabowo ini menyebut, kakaknya sangat memahami ini adalah pilihan sulit. Sebab banyak pendukungnya akan kecewa jika Prabowo bergabung dengan Jokowi.

“Pada saat itu banyak pendukung Prabowo marah sekali. Kecewa sekali. Mereka bilang Prabowo pengkhianat. Prabowo meninggalkan perjuangan. Tidak gampang seorang seperti Prabowo mengambil keputusan untuk ikut dalam pemerintahan,” kata Hashim dalam acara Guyub Nasional ReJo Pro Gibran di Merlyn Hotel, Jakarta, Rabu (15/11).

Calon presiden Prabowo Subianto memeluk calon presiden Jokowi saat acara Deklarasi Pemilu Damai, Jakarta, Minggu (23/9/2018). Foto: AFP/Adek Berry
Calon presiden Prabowo Subianto memeluk calon presiden Jokowi saat acara Deklarasi Pemilu Damai, Jakarta, Minggu (23/9/2018). Foto: AFP/Adek Berry

Hashim lantas membeberkan percakapan Prabowo dengan dirinya sebelum bergabung dengan pemerintahan.

“Dia (Prabowo) bilang ke saya. “kalau saya masuk pemerintahan, saya akan hilang lebih dari separuh dari pendukung saya”. Lebih dari separuh pendukung dia, 30 juta orang akan lari. Yang kecewa dengan dia,” ucap dia.

Lebih jauh, Hashim mengatakan jika Prabowo tidak bergabung dengan Jokowi, ia menyebut ada kemungkinan Indonesia akan pecah. Bahkan terjadi perang saudara.

“Tapi kalau dia tidak ikut dalam pemerintahan Jokowi, kemungkinan besar Indonesia bisa pecah. Kita bisa rusuh, dan kemungkinan juga, kemungkinan juga Indonesia jatuh ke perang saudara,” ucap Hashim.

Prabowo bersama adiknya, Hashim Djojohadikusumo. Foto: Instagram/@prabowo
Prabowo bersama adiknya, Hashim Djojohadikusumo. Foto: Instagram/@prabowo

Ia memberi contoh kerusuhan seperti di Yaman, Suriah, Libya, dan Irak, termasuk di Sudan.

“Di Sudan sekarang ini dua jenderal yang egonya tinggi tidak mau ngalah, sekarang mereka akibatnya begitu. Egonya tinggi, maka ratusan ribu rakyatnya menderita, hilang rumahnya, hilang nyawanya dan banyak juga cacat karena perang,” kata Hashim.

“Kakak saya tidak mau rakyat kita sama nasibnya seperti Irak, seperti Suriah, seperti Yaman dan seperti Libya. Waktu itu dia panggil saya ke ruang kerjanya di rumah, di Kertanegara kami berempat mata,” tutup dia.(Sumber)