News  

Luhut Soal Harga Nikel Indonesia Anjlok: Kalau Terlalu Tinggi Bisa Berbahaya!

Harga nikel yang terus menunjukkan tren penurunan menjadi fokus perhatian banyak pihak. Turunnya harga nikel seiring dengan gencarnya Indonesia dalam memasarkan komoditas tersebut di tengah kerja sama Indonesia dan China.

Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Turunnya harga nikel justru menjadi pertanyaan. Namun begitu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa jika harga nikel terlalu tinggi justru akan sangat berbahaya bagi perekonomian.

“Kalau harga nikel terlalu tinggi itu sangat berbahaya, kita belajar dari kasus cobalt tiga tahun lalu harganya begitu tinggi, orang akhirnya mencari bentuk baterai lain. Ini salah satu pemicu lahirnya lithium ferro phosphate (LFP) itu,” papar Luhut melalui video di akun Instagram pribadinya ada Kamis (25/1).

Jika harga nikel terlalu tinggi maka industri baterai listrik juga akan mencari alternatif lain, menurutnya.

“Jadi, ini kalau kita juga bikin harga itu ketinggian, orang akan cari alternatif lain, teknologi berkembang sangat cepat,” kata Luhut.

Lebih lanjut, ia juga menekankan bahwa lithium battery berbasis nikel itu bisa didaur ulang. Namun, LFP sampai saat belum bisa didaur ulang.

“Lithium battery itu bisa recycling, sedangkan tadi yang LFP itu tidak bisa recycling sampai hari ini, tetapi sekali lagi teknologi itu terus berkembang. Kita bersyukur LFP juga kita kembangkan dengan China, tadi lithium battery juga kita kembangkan dengan China maupun dengan lain-lain,” katanya.

Ia sekaligus membantah proyek hilirisasi industri pertambangan didominasi oleh tenaga kerja asing (TKA). Menurutnya, jumlah TKA hanya berkisar 10-15 persen. Perekrutan TKA tersebut harus dilakukan untuk awal pengoperasian teknologi industri hilirisasi.

Ia memastikan porsi TKA itu nantinya akan berkurang seiring dengan banyak dilatihnya SDM lokal untuk industri hilirisasi.(Sumber)