News  

Pewaralaba Starbucks Timteng AlShaya Group PHK Ribuan Pekerja, Imbas Boikot Produk Israel

Pemegang hak waralaba Starbucks di Timur Tengah, AlShaya Group, akan memecat 2.000 pekerjanya. Seorang sumber mengatakan, PHK massal dilakukan karena penjualan anjlok imbas dari gerakan boikot produk pro Israel.

Jumlah pekerja di-PHK sejak Minggu pekan lalu ini sekitar 4 persen dari total karyawan AIShaya yang berjumlah 50.000 orang. Sebagian besar karyawan AIShaya Group berada di Starbucks Timur Tengah dan Afrika Utara atau biasa disebut Starbucks Middle Easet North Africa (MENA).

“Imbas dari kondisi penjualan yang terus menantang selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil keputusan yang menyedihkan dan sangat sulit yaitu mengurangi jumlah rekan kerja di gerai Starbucks MENA kami,” kata Manajemen AlShaya dalam keterangan resmi dikutip dari Reuters, Rabu (6/2).

Sayangnya perusahaan ritel raksasa itu tak mengkonfirmasi jumlah karyawan dan kerugian yang diderita. AlShaya mengatakan pihaknya akan mendukung para pekerjanya, sebagian besar barista (green apron) yang kena PHK.

Pihak Starbucks juga merespons keputusan AIShaya memecat ribuan pekerja brand kopi asal Amerika Serikat ini. “Pikiran kami tertuju pada mitra green apron yang akan hengkang dan kami ingin berterima kasih atas kontribusi mereka,” kata juru bicara Starbucks kepada Reuters.

Menurut Starbucks, mereka tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan AlShaya mendorong pertumbuhan bisnis jangka panjang di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara.

Baik AlShaya Group maupun sumbernya tidak menyebutkan berapa banyak staf yang dipekerjakan grup tersebut di operasional Starbucks.

Profil AIShaya Group
Didirikan pada tahun 1890 di Kuwait, AlShaya adalah salah satu pewaralaba ritel terbesar di kawasan Timur Tengah yang memiliki hak untuk menjalankan bisnis merek-merek Barat yang populer termasuk The Cheesecake Factory dan Shake Shack.

Perusahaan ini memiliki hak untuk mengoperasikan kedai kopi Starbucks di Timur Tengah sejak tahun 1999. Unit Starbucks menjalankan sekitar 2.000 gerai di 13 negara, di Timur Tengah dan Afrika Utara, serta Asia Tengah.

Perusahaan ekuitas swasta AS Apollo Global Management Inc (APO.N) berencana membeli saham di bisnis Starbucks AlShaya.

Penjualan Starbucks Terus Anjlok
Merek-merek produk Barat telah terkena dampak dari kampanye boikot yang sebagian besar terjadi secara spontan atas serangan militer Israel di Jalur Gaza yang dipicu oleh serangan mematikan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober.

Setelah boikot tersebut, Starbucks pada Oktober lalu menyatakan mereka adalah organisasi non-politik dan menepis rumor telah memberikan dukungan kepada pemerintah atau tentara Israel.

Starbucks mengatakan pada bulan Januari bahwa perang Israel-Hamas telah merugikan bisnisnya di wilayah tersebut karena tidak sesuai dengan ekspektasi pasar terhadap hasil kuartal pertama.

Dikatakan bahwa penjualan terkena dampak signifikan akibat konflik di Timur Tengah dan Amerika Serikat, ketika beberapa konsumen melancarkan protes dan kampanye boikot yang meminta perusahaan untuk mengambil sikap terhadap masalah ini.

Pada bulan Januari, AlShaya mengatakan pihaknya mengurangi operasi di Mesir karena masalah ekonomi yang sedang berlangsung di negara tersebut termasuk devaluasi berbagai mata uang dan rekor inflasi. Perusahaan tidak mengomentari toko mana yang akan ditutup atau kapan akan ditutup.(Sumber)