News  

Pemimpin dan Penjahat Besar di Pemilu 2024 Telah Menipu Diri Mereka Sendiri

Pemilu 2024 disebut-sebut sebagai pemilu terburuk dalam era reformasi. Kejahatan dan kecurangan pemilu dipertontonkan secara terbuka. Konspirasi antara penguasa dengan penyelenggara pemilu mengatur skor suara Pilpres dan Pileg dipertontonkan dengan amat terang benderang.

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak sadar.” [QS. al-Baqarah: 9]

Mirisnya banyak diantara kita mendiamkan bahkan ikut membela kejahatan dan kecurangan Pemilu 2024 dengan dalih tidak mengakui kekalahan. “Udah kalah ya kalah aja. Tak perlu mencari kambing hitam terjadi kejahatan dan kecurangan pemilu,” komentar mereka di banyak ruang dan tempat.

Dalam hati mereka terdapat penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.” [QS. al-Baqarah: 10]

Ketika menafsirkan, “Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” [QS. al-Baqarah: 7]. Imam Masjidil Haram Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid dalam Tafsir al-Mukhtashar menafsirkan ayat di atas,

“Karena Allah telah menyegel dan menutup hati mereka beserta kebatilan yang ada di dalamnya. Allah juga menutup telinga mereka sehingga tidak bisa mendengarkan kebenaran untuk diterima dan diikuti. Allah juga menutup mata mereka sehingga tidak bisa melihat kebenaran yang sangat jelas di hadapan mereka. Kelak di akhirat mereka akan mendapatkan azab yang sangat berat.”

Pemimpin dan penjahat besar itu berkonspirasi menipu rakyat dengan menyelenggarakan pemilihan umum yang telah diatur hasilnya.

Dan demikianlah Kami adakan pada tiap-tiap negeri pembesar-pembesar yang jahat agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadarinya.” [QS. al-An’am: 123]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat di atas mengatakan, “Orang-orang yang kebingungan dalam kegelapan dan buta di dalam kebatilan serta yang berada di dalam keadaan bimbang tidaklah sama.”

Di antara mereka adalah pemimpin, para kepala dan figure publik, serta ada pula pengikut yang dipimpin. Yang pertamalah yang beruntung mendapatkan keadaan paling sengsara.

Oleh karena itu Allah berfirman, “Dan demikian lah kami adakan pada tiap-tiap negeri penjahat-penjahat yang besar.” Maksudnya, para pemimpin dimana kejahatannya besar dan pembangkangannya sangat parah. “Agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu,” dengan tipuan dan seruan ke jalan setan, memusuhi para Rasul, dan pengikutnya dengan ucapan dan perbuatan.

Hanya saja tipu daya dan makar mereka justru kembali kepada diri mereka sendiri karena mereka membuat makar sementara Allah juga membuat makar dan Dia adalah sebaik-baik pembuat makar.

Begitu juga Allah menjadikan imam-imam besar dalam hidayah dan orang-orang mulia yang melawan para penjahat itu, yang membantah pendapat-pendapat mereka, yang berjihad di jalan Allah melawan mereka, dan meniti jalan-jalan yang mengantarkan kepadanya. Allah membantu mereka, meluruskan pendapat mereka dan meneguhkan kaki mereka. Allah menjadikan hari-hari silih berganti di antara mereka dengan musuh-musuh mereka sehingga akhir perkaranya adalah kemenangan dan keunggulan mereka, dan akibat baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

Insyaallah kemenangan itu sudah dekat bila kita termasuk orang-orang bertakwa, yaitu orang-orang yang takut pada Allah, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Bandung, 26 Sya’ban 1445/7 Maret 2024
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis