Jelang Olimpiade 2020, Susi Susanti Risau Lihat Capaian Pebulutangkis Indonesia

Susy Susanti tak menampik dirinya risau dengan perjalanan atlet-atlet bulutangkis Indonesia menuju Olimpiade 2020 Tokyo. Sejumlah sektor belum aman.

Kerisauan itu tak terlepas dari hasil-hasil di Indonesia Open 2019. Digadang-gadang mempertahankan dua gelar, skuat Merah-Putih hanya berhasil merebut satu melalui ganda putra.

Sementara ganda campuran yang biasanya menjadi andalan, kandas. Prestasi terbaik diraih Tontowi Ahmad/Winny Oktavina Kandow yang mencapai perempatfinal.

Hasil-hasil ini mempengaruhi perolehan poin dalam perjalanan menuju Olimpiade 2020 Tokyo. Sejauh ini tunggal putra dan ganda putra menjadi sektor yang paling aman. Seperti diketahui, atlet-atlet ini butuh berada di delapan besar kualifikasi untuk lolos.

Di tunggal putra, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting ada di posisi 1 dan 3. Sementara di ganda putra, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon di peringkat 1 dan 4.

Tiga sektor lain yakni tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran posisinya masih sangat riskan. Di tunggal putri, Gregoria Mariska Tunjung masih tertahan di posisi 14.

Greysia Polii/Apriyani Rahayu yang jadi pasangan terbaik sektor ganda putri saat ini masih di urutan 11. Di ganda campuran, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja ada di posisi 7-8, tapi kesalahan kecil berpotensi membuat mereka terdepak.

“Pasti tetap risau dong, kalau bisa meloloskan sebanyak-banyaknya di final, paling enggak ada (rasa) tenang. Tapi namanya pertandingan tidak ada yang seperti itu,” kata Susy kepada pewarta.

“Contoh Kento Momota, pemain paling stabil tapi bisa kalah. Nah, itu lah kenapa kadang-kadang kalau melihat wakilnya hanya sedikit, jadi pesimistis. Tapi pas lihat hasilnya bagus, optimitistis. Ya naik turun.”

“Yang tegang pun bukan pemain tapi pengurus juga bagaimana memantapkan posisi kita. Tapi namanya pertandingan tak bisa ditebak, pemain paling stabil pun bisa kalah,” ujar Kepala bidang Pembinaan Prestasi PBSI ini.

Salah satu cara untuk menaikkan dan menjaga posisi atlet-atlet ini adalah dengan meningkatkan daya saing para pebulutangkis muda. Susy percaya jika itu bisa diwujudkan, atlet-atlet yang sudah matang akan terbantu.

“Sebenarnya dengan banyak stok seperti ganda putra itu yang memudahkan kami untuk saling bantu, saling jegal lawan. Meski seperti Berry Angriawan/Hardianto dan Wahyu Nayaka/Ade Yusuf kalah di Indonesia Open tapi mereka bantu mengganjal lawan agar yang lainnya lancar. Jadi itu strateginya,” peraih medali emas Olimpiade 1992 Barcelona itu menjelaskan.

“Nah, ini yang kami inginkan di ganda campuran juga sektor lainnya. Ini memang proses pematangan, makanya kami coba mepetkan semua pemain, seperti Rinov Ruvaldy/Pitha Hanibgtyas Mentari, kemudian ada lagi di bawahnya untuk mengejar seniornya. Supaya apa? Yang dua pasang di atas (Praveen/Melati dan Hafiz/Gloria) tak santai saja. Makanya saya benar mem-push yang di bawah-bawah ini,” dia melanjutkan.

Susy masih optimistis bisa mengirimkan dua wakil per sektor, khususnya di tunggal putra, ganda putra, dan ganda campuran. Sebab di tunggal putri dan ganda putri, jarak dua wakil terbaik cukup jauh. Fitriani saat ini ada di posisi 29, sedang Della Destiara Haris/Rizki Amelia Pradipta di urutan 31.

“Saya selalu optimistis, tapi tetap harus mutar otak lagi, latihan apa lagi, karena pas latihan mereka bagus, tapi saat di bawah tekanan mental mereka kena. Itu yang menjadi problemnya,” sambung Susy.

“Kami juga telah evaluasi dan ada pemain yang menyadari kesalahan dengan cepat tapi ada juga yang lama. Kami juga sudah berbicara dengan pelatih dan psikolog, tapi intinya kembali ke diri sendiri karena musuh terbesar ya kita sendiri. Itu juga tak mudah dan tak cepat, semua butuh proses,” ujar dia. [detik]