Wisata sejarah di Jakarta begitu berlimpah. Salah satunya adalah Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Munasprok). Mari simak kisah bekas rumah Laksamana Maeda!
Di tempat ini, traveler bisa napak tilas tentang perencanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang digaungkan oleh para tokoh Indonesia kala itu.
detikTravel mengunjungi bekas kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda yang terletak di Jalan Imam Bonjol No. 1, Menteng, Jakarta Pusat. Laksamana Muda Maeda berperanan penting dalam perumusan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Ia memberikan izin kepada Ir. Sukarno dan tokoh lainnya untuk menggunakan rumah tersebut sebagai tempat untuk merumuskan naskah proklamasi. Rumah dengan luas sekitar 1.138 meter persegi dan terdiri dari dua lantai ini memberikan banyak informasi terkait proses tersebut.
Di lantai dasar terdapat beberapa ruangan penting yang dipakai pada saat itu seperti meja yang dipakai oleh Laksamana Muda Maeda beserta Ir. Sukarno dan yang lainnya untuk membahas naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
“Bangunan ini terdiri dari dua lantai, nah lantai satu itu kita sebut ada empat ruangan utama dan lantai dua sebenarnya lebih kepada fungsinya. Jadi semua proses perumusan naskah proklamasi itu terjadi di lantai satu,” kata educator Munasprok Aidil Fitra kepada detikTravel, Rabu (22/5/2024).
Museum Naskah Proklamasi Foto: Muhammad Lugas Pribady/detikTravel
Sembari menerangkan dan menjelajahi ruangan demi ruangan, Aidil menjelaskan pada saat Laksamana Muda Maeda menempati bangunan ini, lantai dua memang jadi area privat sang Laksamana Jepang saat itu. Berbeda dengan lantai satu yang areanya banyak disambangi oleh kolega dan tamu-tamunya pada saat itu.
Dalam museum ini pengunjung juga bisa merasakan dan melihat bagaimana proses demi proses para tokoh bangsa dalam merumuskan naskah proklamasi, terlebih saat berada di lantai satu museum.
“Ruangan di lantai satu itu memang memang kita atur ruangan-ruangannya berdasarkan tempat-tempat yang menjadi urutan peristiwanya itu seperti ini ruang tamu atau ruang pertemuan,” kata Aidil.
Kemudian dilanjut ke ruang perumusan, di sinilah ketiga tokoh nasional ini merumuskan naskah, ada Ir. Sukarno, Moch. Hatta, dan Ahmad Soebardjo.
Di ruang makan ini terdapat meja makan yang kerap dipakai oleh Laksamana Muda Maeda, karena Ir. Sukarno meminta ruangan khusus untuk merumuskan naskah maka meja makan ini pun jadi ruang khususnya.
“Jadi naskah proklamasi itu memang dibuat di atas meja makannya Tadashi Maeda,” ujar dia.
Aidil melanjutkan dari peristiwa di meja makan ini, Laksamana Maeda lantas meninggalkan ketiga tokoh ini ke ruangannya untuk beristirahat. Jadi tak ada campur tangan pihak lain dalam perumusan naskah ini, Laksamana Muda Maeda hanya memberikan ruangannya saja.
Sambil bercerita, Aidil pun mengarahkan menuju ruangan di mana teks proklamasi yang telah ditulis oleh Ir. Sukarno diketik ulang oleh Sayuti Melik di ruangan ini. Ia pun menceritakan peristiwa pengetikan ini.
Setelah selesai mengetik ulang naskah tersebut, Sayuti Melik pun lantas membuang teks berupa tulisan tangan Ir. Sukarno terkait proklamasi.
Di sinilah peran penting BM. Diah, ia mengambil dan menyimpan tulisan asli tersebut hingga saat ini bisa diketahui tulisan asli Ir. Sukarno pada naskah proklamasi.
Dilanjut ke ruangan keempat adalah ruang pengesahan. Walaupun tempat ini disebut demikian, Aidil menyebut sebetulnya naskah proklamasi ditandatangani di atas piano yang yang berada di area ruangan ini. Hingga pada akhirnya ruangan ini disebut ruang pengesahan.
“Karena memang naskah proklamasi itu ditandatangani di atas piano. Jadi karena pianonya terletak di bagian ruangan ini jadi kita sebut dengan ruang pengesahan,” kata Aidil.
Museum Naskah Proklamasi Foto: Muhammad Lugas Pribady/detikTravel
Bangunan ini resmi dijadikan sebagai museum pada tahun 1992, sementara Laksamana Muda Maeda terakhir menempati rumah dinasnya ini pada tahun 1945. Dan saat itupun Indonesia menerima bangunan ini kembali dalam keadaan yang kosong alias tak ada perabotan sama sekali.
Pada saat itulah untuk kembali mengingat peristiwa-peristiwa bersejarah ini, pemerintah saat ini mendatangkan mantan asisten rumah tangga Laksamana Muda Maeda yang bernama Satsuki Mishima. Itu untuk memberikan gambaran tata letak dan furniture yang ada pada saat Laksamana Muda Maeda menempati bangunan ini.
“Nah jadi waktu pengkajian untuk dijadikan museum, tentunya kita butuh sumber utama untuk kita jadikan rujukan jadi ketika itu kita sempat mendatangkan mantan asisten rumah tangga Maeda namanya Nyonya Satsuki Mishima itu didatangkan langsung dari Jepang,” ujar Aidil.
“Jadi koleksi yang ada di lantai satu semua (barangnya) replika. Replika tapi sesuai dengan bentuk aslinya berdasarkan dari arahan Nyonya Satsuki Mishima tadi,” ujar dia.
Itulah jejak-jejak peristiwa bersejarah yang berada di Munasprok. Banyak informasi yang akan kamu tahu tentang perumusan naskah proklamasi jika berkunjung ke tempat ini.
Dengan harga tiket masuk yang murah hanya Rp 1.000 untuk anak-anak dan Rp 2.000 untuk dewasa, kamu sudah bisa merasakan bagaimana suasana bersejarah ini.