Layanan cloud Microsoft sempat down di seluruh dunia pada Jumat (19/07). Akibatnya, perusahaan pengguna jasa layanan software microsoft termasuk bank, rumah sakit hingga bandara sempat lumpuh.
Gangguan teknis ini berdampak pada pelanggan global layanan cloud Azure dan aplikasi Office 365 milik Microsoft. Microsoft saat ini tengah menyelidiki masalah yang mempengaruhi kemampuan pengguna untuk mengakses berbagai aplikasi dan layanan Microsoft 365.
Terkait persoalan ini, Microsoft merespons aduan publik melalui sebuah cuitan bahwa perbaikan sedang terus dijalankan. “Kami masih berharap pengguna akan terus merasakan perbaikan bertahap selagi kami terus mengatasi masalah tersebut,” tulis Microsoft di akun X (dulu Twitter).
Akibat dari tumbangnya layanan microsoft, banyak maskapai penerbangan terdampak. Seperti maskapai Qantas dari Australia, serta Frontier, Sun Country Airlines, United, American, dan Delta di AS, terpaksa menghentikan penerbangannya.
Tak hanya itu, Stasiun televisi macam Sky News dan CBBC sudah berhenti mengudara selama beberapa jam sejak layanan Microsoft tumbang.
Supermarket di Inggris macam Aldi, Morrison’s, dan Waitrose juga terdampak, dengan mengalami masalah dalam menerima pembayaran kartu. Begitupun dengan rumah sakit, apotek, dan praktek dokter yang kesulitan mengambil catatan medis, dengan dua rumah sakit di Lubeck dan Kiel, Jerman, terpaksa membatalkan operasi medis yang tidak mendesak.
Sejumlah bank di Australia, seperti Commonwealth Bank, National Australia Bank (NAB), dan Bendigo pun ikut terdampak. Commonwealth sudah menginformasikan nasabah untuk tidak melakukan transfer uang selama pelayanannya masih gangguan.
Tanggapan Microsoft
Microsoft mengkonfirmasi gangguan yang terjadi pada sistem komputer yang menggunakan Windows 365 Cloud disebabkan oleh insiden update aplikasi Falcon Sensor milik perusahaan keamanan siber, CrowdStrike. Pembaruan pada software antivirus itu tidak berjalan semestinya.
Menurut peringatan yang dikirim Crowdstrike kepada kliennya, dikutip Reuters, software Falcon Sensor menyebabkan sistem operasi Microsoft Windows crash atau berhenti berfungsi dan menampilkan layar biru, dikenal dengan istilah ‘Blue Screen of Death’. Notifikasi dikirim pada Jumat (19/7) pagi waktu setempat, lengkap dengan solusi manual untuk memperbaiki masalah teknis tersebut.
CEO CrowdStrike, George Kurtz, mengatakan gangguan telah diidentifikasi, diisolasi, dan perbaikan telah diterapkan. Gangguan ini disebut hanya dialami oleh pelanggan yang menggunakan perangkat Windows, sementara Mac dan Linux tidak terpengaruh.
Dia juga memastikan insiden ini bukan karena peretasan atau serangan siber. “CrowdStrike secara aktif bekerja sama dengan pelanggan yang terkena dampak cacat yang ditemukan dalam satu pembaruan konten untuk host Windows,” kata Kurtz di akun X resminya.
Untuk mengatasi persoalan ini, CrowdStrike kini mengubah kembali softwarenya ke dalam kondisi sebelum update (rollback). Layanan cloud Microsoft pun kini perlahan sudah pulih. “Tim kami dikerahkan sepenuhnya untuk memastikan keamanan dan stabilitas pelanggan CrowdStrike.” {redaksi}