Bulan Juli 2024 di suatu sudut kota. Tampak jelas sebuah monumen berdiri teguh di sudut lapangan alun-alun kota Andi Makassau yang notabene bukan sembarang monumen.
Ini dia Monumen Cinta Sejati Habibie – Ainun yang menjadi landmark Kota Pare-Pare Sulawesi Selatan. Landmark artinya adalah suatu objek geografis yang menandai kekhasan dan karakteristik suatu daerah.
Di Monumen Cinta Sejati ini, air pancur terus mengalir dan membasahi tengah kolam persis di depan patung monumen. Suasana dan panorama yang terasa sejuk tentunya, di tengah panasnya sinar cahaya matahari.
Ya, kisah ketokohan Bacharuddin Jusuf Habibie memang sangat layak dan pantas disodorkan kepada publik nusantara. Menginspirasi banyak orang, karena sosok BJ Habibie sangat kuat dan sangat berpengaruh bagi bangsa dan negara. Anak cerdas kelahiran sebuah kota kecil di Sulawesi Selatan, yaitu Kota Pare-Pare pada tanggal 25 Juni 1936.
Lahir dari sebuah keluarga sederhana namun memiliki tekad gigih untuk berjuang dan maju. Terbukti Habibie sampai bersekolah hingga ke Negeri Panser Jerman menempuh pendidikan tinggi. Presiden ketiga Republik Indonesia ini menyelesaikan dan mengenyam gelar doktor dari Aachen dan Munchen, Jerman.
Totalitas dan dedikasinya di bidang teknologi, khususnya teknologi penerbangan dan kedirgantaraan hingga gelar profesor disematkan bagi ayah dua anak ini. Buah pemikiran, karya dan dedikasinya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak perlu diragukan. Dunia sudah mengakuinya.
Pelbagai posisi penting di negeri sudah diembannya. Menteri Riset Teknologi (Menristek), Wakil Presiden RI hingga menjadi Presiden RI pasca tumbangnya orde baru. Tidak hanya itu, sosok BJ Habibie juga dikenang sebagai pionir dan motor penggerak PT Dirgantara Indonesia (PTDI) yang dahulu sempat bernama IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) di Bandung, Jawa Barat, sebagai maestro nyata dari pemikiran cerdasnya.
Lalu, BJ Habibie juga diingat sebagai pemimpin bangsa di kala Republik Indonesia memasuki orde transisi pasca reformasi pada tahun 1998 – 1999. Guratan memori dan kumpulan prestasi serta catatan sejarah bangsa seolah menjadi fondasi kuat berdirinya Monumen Cinta Sejati Habibie – Ainun ini.
Tampak jelas ukiran huruf terpatri jelas di bawah patung monumen bertuliskan “Monumen Cinta Sejati Habibie Ainun”. Patungnya berdiri kokoh dan didominasi warna hitam. Berdiri kokoh dan teguh, tidak sendirian.
Selalu bersama berdiri berdua, seolah menandakan kebersamaan Habibie dan Ainun hingga akhir hayat mereka berdua. Sementara konstruksi monumen dan kolam didominasi paduan warna coklat, kuning, dan merah serta sedikit unsur hijau di beberapa pilihan materialnya.
Monumen Cinta Sejati ini adalah salah satu ikon terkenal di kota pesisir. Kita belum sah berkunjung ke Kota Pare-Pare, jika belum mengunjungi langsung Monumen Cinta Sejati Habibie – Ainun. Begitu kata orang.
Diresmikan Tahun 2015 dengan ukuran patung sebesar 423 x 187 sentimeter. Sementara tingginya kurang lebih 5,82 meter. Ohiya Kawan GNFI, Patung Habibie Ainun ini ditempatkan di tengah kolam air yang berbentuk melingkar.
Monumen ini adalah sebuah “kado” ulang tahun pernikahan Habibie – Ainun ke 53 tahun pada 2015. Kado dari masyarakat Pare-Pare khususnya dan dari Bangsa Indonesia pada umumnya.
Kisah Habibie – Ainun sudah sangat kuat dan melegenda bagi seluruh bangsa Indonesia. Selain diangkat menjadi sebuah buku yang berjudul “Habibie & Ainun”. Kisahnya pun diangkat menjadi sebuah film bertajuk Habibie & Ainun, diputar di bioskop, dan disambut respons hangat jutaan masyarakat. Ketika itu sosok Habibie diperankan aktor Reza Rahadian, sementara figur Ainun diperankan BCL (Bunga Citra Lestari).
Saking ikoniknya kisah Habibie – Ainun di Kota Pare-Pare, sampai sampai kota berpenduduk 160.000-an jiwa ini memiliki julukan alias sebagai Kota Cinta Habibie – Ainun. Selain Monumen Habibie – Ainun, Kota Pare-Pare sebagai kota bergaris pantai yang cukup panjang, juga memiliki beberapa potensi wisata lain.
Sebut saja Masjid Terapung BJ Habibie dan Gedung Gereja GPIB Immanuel Pare-Pare. Lapangan Andi Makassau dan Taman Mattirotasi Pare-Pare juga tidak kalah menarik untuk dikunjungi.
Ya, bapak teknologi Indonesia ini sudah lama wafat, tepatnya sejak 11 September 2019. Kala itu, Habibie wafat berusia 83 tahun. Sang nyonya, ibu Ainun yang bernama lengkap Ainun Besari juga sudah “pergi lebih dulu”, di tahun 2010 dengan usia genap 72 tahun.
Masjid Jamik Minangkabau jadi Indonesian Islamic Tourism Center: Ikon Pariwisata Halal
Sekali lagi, Habibie – Ainun sudah lama pergi meninggalkan bangsa. Namun, kharisma, teladan dan pesona inspiratifnya tetap tinggal hingga saat ini. Sosok yang bisa menjadi suri-tauladan bangsa. Kecerdasan, kegigihan, tanggung jawab, dan dedikasi bagi bangsa negara.
Lalu, teladan kesetiaan pada pasangan hidupnya hingga maut memisahkan kelak. Kiranya, publik kita bisa meneladani figur Habibie – Ainun pada kehidupan kita sehari-hari silih berganti hari demi hari hingga akhir hidup kita kelak.