News  

Kenapa Ada 2 Paus di Dunia?

Di Indonesia, kita umumnya memahami bahwa yang disebut paus hanya satu, yaitu dia yang duduk di takhta suci Santo Petrus di Vatikan.

Tak banyak yang tahu, ada satu lagi paus yang juga duduk di takhta suci. Bukan di Vatikan, tapi di Kairo, Mesir.

Gereja Katolik di Indonesia berakar dari Gereja Katolik Roma.

Namun, yang disebut Gereja tidak hanya Katolik Roma. Ada Gereja-gereja lain juga. Semuanya bertiang iman pada sosok Yesus.

Semuanya saudara sekandung dalam iman, didirikan oleh 12 rasul (12 murid Yesus), yang dalam perjalanan sejarah memilih berpisah jalan.

Saat ini, paus Roma adalah Paus Fransiskus. Ia adalah paus ke-266.

Di Kairo, Mesir, namanya adalah Paus Tawadros II atau Paus Theodorus II.

Ia adalah paus ke-118 dari Gereja Ortodoks Koptik atau Gereja Ortodoks Mesir.

Gereja Ortodoks Koptik adalah bagian dari Gereja Ortodoks Oriental.

Bukan Gereja Ortodoks Timur. Itu dua Gereja yang berbeda.

Jadi, ada dua sebutan paus dan dua sebutan gereja ortodoks.

Nah lho, bingung ya? Cerita detailnya kenapa ada dua paus dan gereja ortodoks panjang dan njelimet.

Saya akan berupaya membuatnya menjadi sederhana. bisa benar-benar sederhana untuk dipahami.

Gereja awal mula

Seperti dijelaskan pada artikel bagian pertama, sepeninggal Yesus, 12 muridnya pergi menyebar ke berbagai tempat untuk menyebarkan ajaran Yesus. Ini adalah perintah Yesus sendiri, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”

(Matius 28:19). Maka, pergilah para murid itu ke berbagai tempat di sekitar mediterania atau Laut Tengah: Irak, Turkiye, Suriah, Mesir, Eropa Timur, Roma, bahkan Afrika.

Nah, di tempat-tempat itu, ajaran Yesus bertemu dengan berbagai kebudayaan lokal yang pada gilirannya menciptakan ekspresi iman dalam bentuk tata ibadah dan ritus sesuai dengan lokalitasnya masing-masing.

Lantas, pada bagian kedua serial tulisan ini disebutkan, sampai dengan abad ke-4 M ada banyak tafsir dan ajaran yang berkembang tentang Yesus.

Dalam situasi seperti itu, sekelompok Gereja yang didirikan oleh 12 murid Yesus ini bersatu dalam identitas Gereja Katolik dalam persekutuannya dengan uskup Roma dalam hal ajaran iman tentang Yesus.

Sampai dengan abad ke-4 M ada 3 komunitas besar kekristenan di dunia: Antiokhia, Alexandria, dan Roma. Masih pada abad ke-4, tepatnya tahun 313, eksistensi kekristenan diterima oleh Kerajaan Romawi saat Kaisar Konstantinus I mengeluarkan Dekret Milano.

Romawi Barat dan Timur

Tak lama setelah itu, Konstantinus kemudian memindahkan ibu kota kerajaan pada tahun 330 M dari Roma yang merupakah wilayah barat Kekaisaran Romawi ke Byzantium di wilayah timur.

Nama Byzantium kemudian diubah sesuai namanya menjadi Konstantinopel (kotanya konstantinus), sekarang Istanbul di Turkiye.

Salah satu ambisi Konstantinus adalah membangun Roma baru di timur.

Seiring dengan perpindahan ibu kota, kekristenan di ibu kota baru ini berkembang dengan pesat.

Terbentuklah pusat kekristenan baru di Konstantinopel.

Salah satu warisan megah kekristenan di Konstantinopel adalah Gereja Hagia Sophia yang dibangun oleh Kaisar Justinianus I pada abad ke-6 (tahun 532-537 M).

Pada masanya, Gereja Hagia Sophia adalah gereja terbesar dan termegah yang pernah ada, melebihi kemegahan Basilika Santo Petrus di Roma.

Basilika Santo Petrus menjadi megah seperti sekarang setelah direnovasi di abad ke-16.

Otoritas pemimpin Gereja Katolik di pusat pemerintahan baru Romawi ini memiliki wibawanya sendiri karena keberadaannya di pusat kota dan kemegahan gedung gerejanya.

So, sampai dengan abad ke-5 ada 4 pusat kekristenan di dunia: Roma, Antiokhia, Alexandria, dan Konstantinopel.

Dari sudut geografis teritorial Romawi, Roma berada di barat, sementara tiga lainnya berada di timur.

Keempatnya adalah Gereja Katolik yang satu.

Selanjutnya nanti di abad ke-6 M (tahun 500-an M) Yerusalem yang pernah dihancurkan Romawi pada tahun 70 M akan kembali berdiri sebagai otoritas kekristenan kelima setelah Romawi membangun kembali kota itu.

Masing-masing kota itu memiliki pemimpin tertingginya dan posisi mereka adalah sejajar.

Namun, pemimpin Gereja di Roma karena perjalanan sejarahnya (bekas pusat kerajaan Romawi, dibangun oleh Petrus, dan Petrus pun wafat di sana), menjadi primus interpares, yang pertama di antara yang sama.

Meski Roma adalah primus interpares, sejumlah tradisi Gereja Katolik yang dikenal sampai saat ini memiliki akar dari Timur karena sesungguhnya kekristenan mula-mula banyak tumbuh di Timur.

Sebelum ke Roma, Petrus juga diketahui pertama-tama pergi ke Antiokhia untuk menyebarkan ajaran Yesus di sana.

Misalnya, Kitab Suci. Kitab Suci yang dipakai oleh Gereja Katolik Roma dan dikenal di Indonesia adalah kitab suci terjemahan dari bahasa Yunani.

Bahasa Yunani adalah bahasa yang digunakan oleh Gereja Katolik Konstatantinopel.

Roma kemudian menerjemahkannya ke bahasa Latin.

Sejumlah istilah dalam Gereja Katolik yang dikenal di Indonesia berakar juga dari bahasa yang digunakan di timur.

Misalnya, apostolik yang dalam kekristenan bermakna “yang berasal dari para rasul” berasal dari bahasa Yunani “apostolos”.

Masing-masing kota itu memiliki tata ritus dan ekspresi yang khas sesuai dengan kebudayaan di daerahnya.

Misalnya, karena Roma berbahasa latin, maka doa dan lagu-lagunya berbahasa latin.

Sementara di Konstantinopel, karena bahasa percakapan sehari-harinya adalah Yunani, doa dan lagunya pun berbahasa Yunani.

Berbeda pula dengan Alexandria yang berbahasa Koptik.

Dalam perjalanan sejarah, Gereja Katolik besar di seluruh dunia yang bersatu dalam persekutuan dengan Uskup Roma ini mengalami tiga kali perpecahan: tahun 431 M, 451 M, dan 1054 M.

Latar belakang perpecahan tidak sederhana. Kompleks dan rumit.

Ada kepentingan politik, sosial, ego organisasi masing-masing gereja, juga menyangkut ajaran iman mengenai Yesus.

Barangkali mirip-mirip dalam Islam. Suni, Syiah, Ahmadiyah, dan sejumlah aliran lainnya adalah kelompok-kelompok yang masing-masing memiliki keyakinan tafsirnya tentang iman mereka.

Antarkelompok kemudian saling memandang yang lain sebagai berbeda.

Dalam perjalanan sejarah lebih lanjut, masing-masing kelompok ini, baik di Kristen maupun Islam, nanti terpecah-pecah lagi dalam berbagai aliran.

Kita tidak bisa berdebat tentang mana yang benar dan salah.

Masing-masing memiliki perspektif kebenarannya masing-masing.

Satu yang pasti, ini menandakan betapa terbatasnya akal budi manusia berhadapan dengan “kebenaran agung transendental yang tidak terbatas”.

Maka, adalah sia-sia memperdebatkan kebenaran dalam konteks ini.

Jadi, tidak perlu Anda berdebat di kolom komentar soal kebenaran.

Percuma. Sia-sia. Sama sekali tidak membuktikan apa pun tentang kebenaran.

Perpecahan pertama

Serial artikel ini hanya bercerita tentang tiga perpecahan utama dalam Gereja Katolik.

Di luar tiga perpecahan ini, masing-masing kelompok Gereja mengalami berbagai dinamikanya sendiri-sendiri yang kemudian melahirkan Gereja-gereja otonom lainnya.

Tulisan ini tidak sampai ke sana. Perpecahan pertama dalam Gereja Katolik terjadi tahun 431 M.

Saat itu berkembang luas ajaran terkait Yesus yang disebut ajaran Nestorian.

Ajaran ini dikembangkan oleh salah seorang uskup atau patriark di salah satu wilayah Gereja Timur.

Uskup dan patriark memiliki makna yang sama. Patriark adalah terminologi Gereja Timur.

Saya tidak ingin masuk lebih detail soal ajarannya. Rumit. Filosofis dan teologis.

Karena berkembangnya ajaran ini, digelarlah Konsili Efesus pada 431 M. Konsili sidang tertinggi dalam Gereja Katolik.

Pesertanya para uskup sedunia untuk menyikapi berbagai persoalan dalam Gereja.

Singkatnya, ajaran Nestorian dianggap sebagai sesat atau tidak benar oleh sidang Konsili yang digelar di Kota Efesus.

Di zaman modern, Efesus terletak di Provinsi Izmir, Turkiye. Namun ada sejumlah uskup atau patriark dalam terminologi Gereja Timur yang tidak setuju dengan keputusan ini.

Mereka lalu memilih berpisah dari Gereja Katolik yang besar ini.

Mereka lalu disebut sebagai Gereja non-efesian.

Artinya, Gereja yang tidak mengakui keputusan Konsili Efesus.

Kelompok Gereja ini masih ada sampai sekarang.

Di zaman modern mereka dikenal sebagai Gereja Assiria Timur.

Mereka berbahasa Siria dan banyak ditemukan di wilayah Irak sekarang.

Saat ini pengikutnya di seluruh dunia diperkirakan sekitar 150.000 orang.

Di zaman modern sebagian komunitas Gereja ini memilih kembali bergabung dengan Gereja Katolik Roma dan disebut sebagai Gereja Katolik Kaldea.

Tata ritusnya berbeda dengan tata ritus latin Gereja Katolik Roma.

Perpecahan kedua

Perpecahan kedua terjadi tahun 451 M. Rupanya sisa-sisa perdebatan soal Nestorianisme di Konsili Efesus belum berakhir.

Ada sejumlah Gereja di Timur yang masih mengembangkan ajaran ini.

Pertikaian terjadi di antara sejumlah uskup atau patriark.

Konsili pun kembali digelar di Kota Kalsedon, mendiskusikan soal Kristologi, ajaran iman tentang Kristus.

Kalsedon berada di wilayah Turkiye modern, sebuah distrik dari Kota Istanbul.

Singkat cerita, sama seperti peristiwa di Konsisi Efesus, sejumlah uskup atau patriark tidak menerima hasil keputusan Konsili Kalsedon dan memilih berpisah jalan, terpisah dari struktur hierarki Gereja Katolik.

Kelompok ini disebut sebagai Gereja non-kalsedon yang sekarang dikenal sebagai Gereja Ortodoks Oriental.

Mereka memiliki paham Kristologi, ajaran tentang Kristus, yang berbeda.

Gereja Ortodoks Koptik yang pemimpinnya disebut Paus seperti disebut di judul artikel ini adalah bagian dari Gereja Ortodoks Oriental.

Di zaman modern saat ini, selain Gereja Koptik Alexandria, kelompok Gereja lain yang bergabung di sini adalah Gereja Ortodoks Armenia, Gereja Ortodoks Eritrea, Gereja Ortodoks Etiopia, Gereja Ortodoks Malangkara, dan Gereja Ortodoks Siria.

Total anggota Gereja ini di seluruh dunia diperkirakan sekitar 60 juta jiwa.

Dalam perjalanan sejarah, sejumlah Gereja di Armenia memilih kembali bersatu dengan Gereja Katolik Roma.

Mereka disebut Gereja Katolik Armenia. Sama seperti Gereja Katolik Kaldea yang memiliki tata ibadah yang khas, Gereja Katolik Armenia pun demikian.

Ritusnya berbeda dengan Gereja Katolik Roma yang betradisi Latin.

Berbeda dengan Gereja Katolik Roma, Asiria, dan Ortodoks Timur, Gereja Ortodoks Oriental tidak memiliki satu orang pemimpin tertinggi.

Semua patriark Gereja (uskup) adalah setara. Pemimpin Gereja yang disebut paus hanya di Gereja Ortodoks Koptik.

Yang lain mengenakan sebutan patriark. Meskipun pemimpin Gereja Ortodoks Koptik disebut Paus, tapi ia tidak mengatasi Gereja lain yang bergabung dalam Gereja Ortodoks Oriental.

Yurisdiksinya hanya pada wilayahnya saja, terutama di Mesir dan Afrika.

Kenapa Gereja Ortodoks Koptik mengenakan gelar yang sama dengan Gereja Katolik Roma untuk pemimpin tertingginya?

Paus berakar dari kata Yunani, papas. Papa dalam bahasa Italia. Pope dalam bahasa Inggris.

Paus dalam bahasa Belanda. Artinya semua sama: bapak.

Gereja Katolik dikembangkan oleh misionaris Belanda.

Itulah kenapa kita menggunakan kata paus, sama seperti orang-orang Belanda.

Secara hierarki Gereja, melalui sejarah yang panjang berabad-abad, kata ini lalu memiliki arti khusus terkait jabatan Gerejawi.

Penyebutan paus di Gereja Ortodoks Koptik sudah berlangsung lama sejak kekristenan mula-mula berkembang di sana.

Jadi, sebutan ini tidak mengekor sebutan dalam Gereja Katolik Roma.

Seperti disebutkan di atas, masing-masing wilayah kekristenan mengembangkan tradisinya masing-masing.

Budaya koptik merasa sebutan paus lebih sesuai dengan masyarakat mereka.

Sementara, yang lain merasa patriark lebih dekat dengan tradisi mereka.

Gereja Roma dan Konstantinopel

Sepeninggal Gereja Asiria Timur dan Gereja Ortodoks Oriental, Gereja Katolik Konstantinopel dan Gereja Katolik Roma berjalan bersama mengarungi zaman sampai akhirnya memilih berpisah pada tahun 1054 M.

Perpisahan dua Gereja ini dicatat sebagai peristiwa yang sangat besar dalam Gereja.

Disebut sebagai skisma besar. Skisma berasal dari bahasa Yunani yang artinya keterbelahan.

Dilihat dari periodesasi sejarah, kedua Gereja ini berjalan beriringan sangat lama, 1000 tahun, separuh waktu sejak kekristenan muncul hingga saat ini.

Apa yang terjadi adalah perpisahan, keterbelahan, bukan sempalan, meskipun salah satu pemicunya adalah perbedaan doktrin teologis.

Sering ada anggapan bahwa Gereja Ortodoks adalah sempalan atau pecahan Gereja Katolik Roma. Tidak benar.

Kalau melihat urutan sejarah, Gereja di Timur lebih dulu tumbuh dibanding Roma.

Karena di abad pertama ajaran Yesus lebih dulu menyebar di timur, di sekitar wilayah Yerusalem.

Santo Petrus pendiri Gereja Roma berkarya di Antiokhia dulu sebelum pergi ke Roma.

Perpecahan ini tidak ujug-ujug terjadi dalam satu malam.

Ada latar belakang politik, sosial, ekonomi, budaya yang kompleks yang berlangsung berabad-abad sehingga Gereja Barat di wilayah barat yang direpresentasikan oleh Roma dan Gereja Timur yang direpresentasikan oleh Konstantinopel akhirnya tumbuh menjadi entitas khas sendiri yang membuat keduanya merasa lain satu sama lain.

(Sumber)