Reliji  

Bukan Ka’bah, Ini Kiblat Pertama Umat Islam

Kiblat pertama umat Islam bukanlah Ka’bah. Sejarah mencatat, kiblat pertama umat Islam adalah Masjid Al Aqsa.

Masjid Al-Aqsa atau dikenal juga dengan sebutan Baitul Maqdis adalah kiblat pertama umat Islam. Lokasinya ada di Palestina.

Merangkum buku Sejarah Terlengkap Peradaban Islam oleh Abdul Syukur al-Azizi, dijelaskan Rasulullah SAW meletakkan batu mihrab di Masjid Quba menghadap Baitul Maqdis. Masjid Quba menjadi saksi didirikannya salat berjamaah pertama kali.

Sementara masjid yang menjadi tempat perpindahan arah kiblat yakni Masjid Bani Salamah atau Masjid Qiblatain.

Dalam buku Apakah Amalan Kita Diterima Allah SWT? yang ditulis Alexander Zulkarnaen, S.Pd.I dijelaskan, sejak kewajiban salat diperintahkan di malam Isra Miraj di tahun kesepuluh kenabian, umat Islam salat menghadap Baitul Maqdis.

Arah kiblat yang semula menghadap ke Baitul Maqdis, kemudian diputar menghadap ke arah Baitullah di Makkah. Perubahan arah kiblat ini terjadi setelah tujuh belas bulan tiga hari umat Islam salat menghadap Baitul Maqdis.

Perintah perpindahan arah kiblat ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 150,

وَمِنْ حَيْثُ خَرَجْتَ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ ۚ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُۥ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيْكُمْ حُجَّةٌ إِلَّا ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنْهُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَٱخْشَوْنِى وَلِأُتِمَّ نِعْمَتِى عَلَيْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

Artinya: Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.

Perintah perpindahan kiblat ini terjadi saat Rasulullah SAW memimpin salat Ashar di Masjid Qiblatain pada bulan Rajab tahun 2 Hijriah atau Januari 624 Masehi. Salat berjamaah yang diikuti oleh para sahabat ini mengarah ke Masjidil Aqsa, Palestina.

Kemudian pada rakaat kedua, tiba-tiba turun wahyu yang memerintahkan Rasulullah SAW mengubah arah kiblatnya sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Baqarah ayat 150.

Setelah turun wahyu Allah SWT ini, Rasulullah SAW kemudian memutar arah salat yang diikuti juga oleh para sahabat yang menjadi makmum. Sejak saat itu, masjid yang sebelumnya dikenal dengan Masjid Bani Salamah ini dikenal dengan nama Masjid Qiblatain atau masjid dua kiblat. Sejak saat itu, kiblat umat Islam mengarah ke Masjidil Haram di Makkah.

Syahruddin El-Fikri dalam bukunya yang berjudul Situs-Situs dalam Al Qur’an menjelaskan alasan ditunjuk Baitul Maqdis sebagai arah kiblat ini dimaksudkan agar umat Islam beribadah menghadap ke tempat yang suci serta bebas dari berbagai macam sesembahan.

Sebelum Rasulullah SAW melaksanakan Isra Miraj, kawasan Masjidil Haram belum berupa bangunan masjid. Saat itu juga masih dipenuhi ratusan berhala yang jumlahnya mencapai 309 buah. Berhala ini menjadi sesembahan bangsa Arab sebelum datangnya ajaran Islam.

Untuk menghindari anggapan bahwa Rasulullah SAW dan pengikut Islam salat menghadap berhala, maka sat itu yang menjadi arah kiblat adalah Baitul Maqdis.

Suatu saat Rasulullah SAW berkata kepada malaikat Jibril, “Saya selalu memohon kepada Allah, mudah-mudahan saja Allah SWT memalingkan muka saya dari kiblat kaum Yahudi.” Ketika itu, Jibril mengatakan, “Ya Rasulullah, sebaiknya engkau terus memohon saja kepada Allah.”

Selanjutnya setiap Rasulullah SAW mengerjakan salat beliau selalu menengadahkan wajahnya ke langit seraya memohon kepada Allah SWT agar dapat memindahkan kiblat salat kaum Muslimin dari kiblat kaum Yahudi. Hingga pada suatu waktu saat Nabi tengah mengerjakan salat dan sedang rukuk, tiba-tiba Allah SWT menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW:

قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ

Artinya: “Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidil Haram) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS Al-Baqarah: 144)