Indonesia memiliki lahan gambut yang cukup luas mencapai 4,5 juta hektar di Kalimantan. Lahan gambut ini dapat menyimpan cadangan karbon dengan jumlah yang cukup besar. Namun, ada yang lebih efektif dalam menyerap karbondioksida dibandingkan dengan lahan gambut, yaitu hutan bakau!
Apa sih bedanya hutan bakau dan mangrove? Hutan bakau merupakan suatu kawasan yang ditumbuhi dengan tanaman bakau atau dalam bahasa latin Rhizophora sp. Sementara itu, istilah mangrove mengacu pada keseluruhan jenis tanaman baik itu pohon maupun semak yang tumbuh di area pasang surut air laut dan membentuk sebuah ekosistem. Dengan kata lain, bakau adalah bagian dari mangrove.
Ekosistem mangrove memiliki super power dalam mengurangi pemanasan global loh, Kawan. Kekuatan itu dinamakan blue carbon atau karbon biru! Mengapa disebut karbon biru?
Karbon yang mengambang bebas di udara jumlahnya sangat banyak. Hal ini dapat terjadi karena proses industrialisasi, pembakaran bahan bakar minyak dari kendaraan bermotor, kapal, hingga pesawat terbang.
Karbon dari hasil proses tersebut dapat menyebabkan suhu bumi yang semakin hangat sehingga perubahan iklim ekstrim akan terjadi dan seluruh makhluk hidup akan menghadapi krisis iklim. Nah, ekosistem mangrove khususnya bakau hadir untuk mencegah krisis iklim dengan karbon biru.
Karbondioksida bebas tadi akan diserap oleh bakau dan tumbuhan air lainnya seperti lamun untuk disimpan dalam bentuk biomasa dan sedimentasi di bawah air. Penyimpanan ini jauh lebih efektif dibandingkan dengan ekosistem hutan.
Bahkan, penelitian yang dilakukan Center for International Forestry Research (CIFOR) menyebutkan bahwa ekosistem mangrove di Indonesia menyimpan karbon lima kali lebih banyak dibandingkan dengan ekosistem hutan tropis daratan tinggi.
Lebih hebatnya lagi, ekosistem mangrove di Indonesia luasnya mencapai tiga juta hektar! Ekosistem mangrove ini tersebar di seluruh pesisir Indonesia, termasuk di pesisir Selat Makassar di Kota Bontang, Kalimantan Timur. Yuk, kita lihat keindahannya!
Bagian dari Taman Nasional Kutai
Berdiri di Kota Bontang, Kalimantan Timur, pada awalnya Bontang Mangrove Park (BMP) tidak diperuntukkan menjadi kawasan wisata karena sempat terjadi penolakan dari warga sekitar. Namun, pada akhirnya BMP menjadi kawasan rekreasi, konservasi, dan edukasi.
Bontang Mangrove Park terbentang di pesisir Selat Makassar dengan luas kawasan sebesar 200 hektar. Kawasan ini dikelola langsung oleh Taman Nasional Kutai sehingga tujuan berdirinya bukan hanya sebagai ekowisata, melainkan juga sebagai kawasan konservasi dan penelitian.
Bersebrangan dengan BMP, Kawan bisa melihat kilang minyak industri yang mengeluarkan limbah asap tebal. Asap ini mengandung zat-zat beracun yang bisa menimbulkan pencemaran hingga penyakit ke lingkungan sekitar.
Oleh karena itu, hadirnya kawasan ini juga sebagai bentuk pemanfaatan blue carbon yang dimiliki oleh tanaman bakau dan sebagai upaya pencegahan krisis iklim di Indonesia.
Taman Nasional Kutai memberikan perhatian yang serius dalam sistem pengelolaan ekosistem di BMP dengan mengedepankan konsep ekowisata yang ramah lingkungan, berkelanjutan, dan dikelola secara lestari. Oleh karena itu, Kawan bisa menikmati berjalan di bawah kanopi hutan yang sejuk dan menenagkan.
Boardwalk Sepanjang 1,3 Km dari Kayu Ulin
Kawan bisa eksplor kawasan BMP dengan berjalan kaki di atas boardwalk yang memiliki panjang 1,3 kilo meter, loh. Boardwalk ini terbuat dari kayu ulin berkualitas yang terkenal kokoh dan kuat, jadi Kawan tidak perlu khawatir.
Perjalanan dimulai dari pintu masuk utama yang masih beralaskan tanah. Kemudian, semakin jauh, Kawan akan berjalan di atas boardwalk menelusuri hutan bakau yang dekat dengan pesisir hingga hutan bakau yang terletak di atas laut.
Sepanjang jalan terdapat berbagai infografis tentang jenis-jenis tanaman bakau, keanekaragaman burung, populasi monyet, dan berbagai satwa liat yang hidup di kawasan Bontang Mangrove Park. Kawan bisa menyaksikan langsung interaksi satwa liar yang hidup di kawasan tersebut, tapi dilarang memberi makan, ya!
Jika ingin beristirahat atau bersantai, Kawan bisa duduk di gazebo yang tersedia di beberapa titik. Gazebo ini cocok digunakan untuk mengamati satwa seperti burung, monyet ekor pendek, hingga kepiting yang sedang berjalan di akar tanaman bakau.
Selain gazebo, tempat paling bagus untuk melakukan bird watching adalah di menara pandang. Menara ini terletak di tengah kawasan dengan tinggi 20 meter sehingga cocok untuk Kawan yang ingin menikmati kepakan sayap burung di udara. View dari menara juga tidak kalah memanjakan mata, Kawan bisa menikmati langsung hamparan laut Selat Makassar.
Keanekaragaman yang hidup di kawasan BMP kemudian menjadikan kawasan ini sebagai sumber penelitian dan pembelajaran. Tak heran jika Kawan berkunjung akan menemukan peneliti atau pelajar yang sedang mendalami ilmu pengetahuan di sini.
Camping di Bumi Perkemahan
Jika Kawan tidak puas untuk mengeksplor BMP dalam sehari, Kawan bisa menginap di bumi perkemahan yang letaknya persis setelah pintu masuk utama di sebelah kiri. Tersedia beberapa tenda yang bisa kawan sewa dengan fasilitas api unggun dan taman cantik di tengah bumi perkemahan.
Selain itu, akses listrik juga tersedia dengan stopkontak di beberapa tenda, serta akses internet yang juga berjalan normal. Pokoknya, Kawan bisa menikmati suasana hutan di tengah kota dengan nyaman, deh.
Keberadaan ekosistem mangrove di Kota Bontang menjadikannya sebagai senjata melawan efek beracun yang ditimbulkan oleh industri di kota terkaya itu. Satu pohon bakau yang tertanam di Bontang Mangrove Park menyimpan jejak bagaimana karbon ditangkap dan ditimbun jauh di dasar tanah.
Yuk, Kawan bantu pohon bakau melestarikan bumi!