Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Aman B. Pulungan, membeberkan beberapa gejala yang bisanya diderita anak pengidap Diabetes Melitus (DM).
Menurutnya, gejala khas yang sering dialami anak pengidap diabetes meliputi perubahan pola makan, minum, hingga kondisi fisik yang terlihat lesu.
“Jadi ini bisa dicatat dan tolong dikomunikasikan. Karena ini khas semuanya. Banyak makan, banyak minum, banyak kencing, berat badan turun, lemas dan loyo sering terjadi,” kata Aman, Jakarta, Jumat (22/11/2024).
Aman menjelaskan, awalnya ia sempat membuat poster dan flyer yang ditempatkan di Puskesmas dan RSUD, terkait gejala awal dari diabetes melitus tipe satu.
Beruntung, informasi tersebut berhasil menurunkan angka jumlah pasien DM anak, terutama kasus Ketoasidosis Diabetik (KAD), yang sebelumnya tercatat pada 70 persen pasien baru, kini dapat ditekan menjadi 35-40 persen.
“Jadi intinya, anak-anak kalau sudah banyak makan, banyak minum, banyak kencing, berat badan turun, dan kalau anak kembali ngompol, itu bisa jadi indikasi diabetes pada anak,” jelas Aman.
“Kalau sudah KAD, ciri-cirinya anak sesak napas dengan bau napas seperti keton, mirip gejala asma, nyeri perut yang bisa dikira usus buntu, bahkan bisa menyerupai pneumonia,” sambungnya.
Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kejadian diabetes mellitus pada anak makin meningkat, baik itu di dunia maupun Indonesia.
Di Indonesia sebanyak 1.645 anak mengidap diabetes mellitus tipe satu (DM 1). Kasus diabetes melitus tipe satu pada anak meningkat sebanyak 70 kali lipat sejak tahun 2010 hingga 2023.
Pada tahun 2010 prevalensi kasus diabetes mellitus terhadap anak di Indonesia hanya 0,028 per 100 ribu jiwa. Kemudian, pada tahun 2023 prevalensi kasus diabetes melitus menjadi 2 per 100 ribu jiwa.
Pada umumnya, terdapat 2 tipe DM pada anak, yaitu DM tipe 1 (DM 1) dan DM tipe 2 (DM 2). Pada DM tipe 1, kadar insulin darah kurang dari normal akibat penurunan produksi insulin oleh pankreas yang disebabkan oleh faktor imunologi, keturunan, Riwayat infeksi serius dan pola makan kurang sehat, misalnya sering mengonsumsi makanan atau minuman yang manis.
Sedangkan DM tipe 2, akibat tubuh pasien resisten terhadap insulin atau insulin tidak berfungsi efektif walaupun kadarnya normal. Pada DM tipe 2 ini disebabkan oleh gaya hidup tidak sehat, kegemukan (obesitas) serta kurang aktif bergerak atau jarang olahraga.(Sumber)