Dokter Spesialis Anak dari RSAB Harapan Kita, Amar Widhiani Adisasmito mengungkap penyebab melonjaknya kasus gondongan (mumps) pada anak yang terjadi terutama di lingkungan sekolah.
Gondongan merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi biasanya menyerang kelenjar parotis (kelenjar yang memproduksi air liur) sehingga memicu pembengkakan.
Menurut Widhiani, jumlah kasus anak penderita gondongan meningkat sejak April hingga Juli 2024.
“Sisa-sisanya sekarang masih jadi masih ada kasus di sekolah, hingga satu kelas diisolasi maksudnya enggak usah sekolah. Sekolahnya dari rumah. Kemudian ada satu sekolah pun juga ditutup gara-gara gondongan ini,” ungkap Widhiani dalam siaran yang diunggah Kemenkes RI, Sabtu (23/11/2024).
Imunitas Anak Turun Usai Pandemi COVID-19
Widhiani melihat, penyebab maraknya penularan gondongan tak lain karena menurunnya imunitas anak, terutama pasca-pandemi COVID-19.
“Pascapandemi, imunitas atau daya tahan tubuh mereka berbeda dibandingkan sebelum pandemi, khususnya sebelum tahun 2020. Kita dapat melihat aktivitas anak-anak saat ini berbeda, pertemanan mereka juga berubah,” ungkapnya.
Sekarang, lanjut Widhiani, anak cenderung bermain di rumah, dan interaksi mereka sebagian besar dilakukan melalui perangkat seperti HP.
Aktivitas fisik, seperti olahraga atau kegiatan di luar ruangan juga berkurang dibandingkan sebelumnya. Hal ini tentu berdampak pada imunitas mereka.
“Selain itu, faktor perlindungan juga berperan. Kita mungkin sudah tidak lagi memakai masker atau mulai lupa mencuci tangan secara rutin. Kira-kira itulah yang menjadi penyebab utamanya,” sambungnya.
Penularan Gondongan
Lebih lanjut, Widhiani menjelaskan penularan penyakit ini dapat terjadi melalui percikan ludah atau droplet, yaitu saat anak batuk atau bersin dengan kekuatan yang cukup hingga dapat menular kepada orang di sampingnya.
Karena itu, disarankan agar anak-anak tidak berbagi piring atau gelas, baik di sekolah maupun di rumah, terutama apabila ada yang sedang menderita sakit.
Widhiani menyarankan setiap anak, terutama di Sekolah, sebaiknya memiliki perlengkapan sendiri untuk mencegah penularan.
“Jadi, faktor risiko penularannya lebih besar ketika terjadi kontak langsung antar teman, seperti saat berbagi barang atau berdekatan tanpa perlindungan yang memadai,” sambungnya.
Gejala Gondongan
Gejala gondongan muncul 12-25 hari setelah infeksi. Ciri khasnya adalah pembengkakan di kelenjar parotis, yang bisa membuat pipi tampak besar. Gejala lainnya meliputi:
• Nyeri saat mengunyah atau menelan
• Demam tinggi hingga 39°C
• Mulut kering
• Sakit kepala, nyeri sendi, atau nyeri perut
• Mudah lelah dan hilang nafsu makan.
Pada beberapa kasus, gejala bisa sangat ringan atau bahkan tidak tampak.
Pemeriksaan dan Diagnosis
Jika gejala gondongan muncul, dokter akan memeriksa area pipi dan leher serta melihat kondisi tenggorokan dan tonsil. Untuk memastikan infeksi gondongan, dokter bisa melakukan:
1. Tes swab di pipi bagian dalam untuk mendeteksi jenis virus.
2. Tes darah untuk melihat infeksi virus.
3. Tes urine jika dicurigai ada penyebaran ke saluran kemih.
Pengobatan Gondongan
Sebagian besar kasus gondongan sembuh sendiri dalam 1-2 minggu jika sistem imun pasien cukup kuat. Untuk meredakan gejala:
• Cukupkan istirahat dan tidur
• Perbanyak minum air putih
• Kompres area bengkak dengan air hangat atau dingin
• Konsumsi makanan lunak agar mudah ditelan
• Gunakan obat pereda nyeri seperti ibuprofen atau paracetamol.(Sumber)