Wisata  

Tenun Ikat Bandar Kidul Kediri, Eksis Sejak Tahun 1925

Ada sejak 1925, Tenun Ikat Bandar Kidul Kediri menjadi warisan budaya yang memikat wisatawan. Proses kreatif itu telah menjadi penghidupan bagi masyarakat setempat.

Kini dengan sejarahnya yang panjang dan keunikan produksinya, Sentra Tenun Ikat Bandar Kidul bersiap menjadi destinasi wisata budaya yang menggabungkan pesona tradisi dan inovasi modern.

Proses pembuatannya yang rumit, mulai dari penataan benang hingga penenunan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM), mencerminkan dedikasi para pengrajin dalam mempertahankan kualitas dan nilai budaya.

Dalam proses produksi, para perajin mulai mengadopsi teknik pewarnaan alami yang ramah lingkungan.

Penggunaan bahan-bahan alami seperti kulit kayu, daun, dan buah-buahan lokal menghasilkan warna yang lebih lembut dan unik, serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Untuk peningkatan nilai ekonomi, perajin mulai berinovasi membuat produk turunan dari tenun tersebut.

“Para pemilik usaha tenun di sini ingin sebenarnya punya banyak modifikasi produk turunan yang menyasar anak-anak muda. Hanya kami ini kadang perlu didampingi supaya punya gambaran produk yang disenangi anak-anak muda sekarang seperti apa,” kata Hery (50), Pokdarwis Tenun Ikat Bandar Kidul dalam keterangan tertulis, Jumat (27/9/2024).

Di sini lain, perajin butuh strategi pemasaran. Hal ini untuk memastikan keberlanjutan tenun ikat yang sudah melegenda ini.

“Kami (sebenarnya) perlu dibantu untuk mempromosikan tenun bandar ini lewat media sosial. Soalnya kalo seperti kita ini (perajin) sudah enggak nututin mikirin promosinya gimana,” kata Umi Hanafiyah (49), salah satu perajin tenun ikat.

Kerja sama dengan Universitas Negeri Malang

Belum lama ini, Sentra Tenun Ikat Bandar Kidul menjalin kerja sama dengan Universitas Negeri Malang melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat.

 

Program ini didukungan oleh Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Fokus utama program ini adalah diversifikasi produk turunan dan optimasi e-commerce. Para akademisi dan perajin lokal berkolaborasi untuk menciptakan produk-produk inovatif berbasis tenun ikat, seperti tas, sepatu, dan aksesori modern.

“Kami ingin tenun ikat tak hanya menjadi warisan budaya, tapi juga menjadi sumber penghidupan yang berkelanjutan bagi masyarakat,” ujar Megasari, salah satu akademisi Universitas Negeri Malang.