Mungkin kita pernah menangis tersentuh oleh peristiwa kehidupan, melihat anak sakit, atau mendengar berita duka. Namun, pernahkah kita menangis khusus karena Allah Ta’ala? Menangis yang timbul dari rasa takut akan siksa-Nya atau karena penyesalan atas dosa-dosa kita? Menangis semacam ini lebih dari sekadar luapan emosi manusia biasa; ia merupakan bukti kelembutan hati seorang mukmin, tanda kasih dan takut kepada Sang Pencipta.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, menggambarkan hati orang beriman:
“إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ”
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfal [8]: 2)
Menurut Ibnu Katsir, ayat ini adalah gambaran sesungguhnya dari orang yang beriman; hati mereka bergetar saat mengingat Allah dan mendorong mereka untuk menaati perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Sufyan Ats-Tsauri juga menegaskan bahwa mereka yang takut akan Allah adalah mereka yang selalu teringat dan tersentuh saat mendengar nasihat untuk bertakwa.
Allah kembali menekankan dalam ayat lain:
“أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ”
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk takut hati mereka ketika mengingat Allah.” (QS. Al Hadid [57]: 16)
Tangisan karena Allah bukan sekadar kelembutan hati; ia memiliki manfaat yang mendalam. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ”
“Dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka, yaitu mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang bermalam (begadang) untuk berjaga di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi)
Sungguh, tangisan karena Allah memiliki nilai tinggi yang melampaui dunia ini. Abdullah bin Az Zubair bahkan menyebutkan bahwa mereka yang menangis karena takut pada Allah tidak akan tersentuh api neraka. Hal ini juga ditegaskan oleh Rasulullah:
“لَا يَلِجُ النَّارَ رَجُلٌ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ حَتَّى يَعُودَ اللَّبَنُ فِي الضَّرْعِ، وَلَا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ”
“Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena takut kepada Allah sampai susu kembali ke putingnya.” (HR. Tirmidzi)
Mengapa Sulit Menangis Karena Allah?
Menangis karena Allah bukan hal yang mudah. Menurut Ustaz dr. Raehanul Bahraen, jika seseorang merasa hatinya sulit tersentuh oleh peringatan agama, ini adalah tanda hati yang keras. Penyebabnya bisa karena dosa yang menumpuk atau kelalaian dalam mengingat Allah. Mengatasi hal ini bisa dilakukan dengan memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur’an, atau menyantuni anak yatim.
Hadits berikut ini mengingatkan kita akan pentingnya tangisan dalam menenangkan hati:
“عُرِضَتْ عَلَيَّ الْجَنَّةُ وَالنَّارُ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مِنَ الْخَيْرِ وَالشَّرِّ، وَلَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا”
“Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR Muslim)
Semoga kita semua diberi hati yang lembut, mampu menangis karena cinta dan takut kepada Allah.