Reliji  

Kedudukan Mulia Anak Yatim Piatu Dalam Agama Islam

Anak yatim memiliki kedudukan yang istimewa. Islam mengajarkan umat Islam untuk memuliakan anak yatim.

Anak yatim termasuk golongan orang-orang yang harus disayangi dan dikasihi. Penjelasan tentang anak yatim termaktub dalam beberapa ayat Al-Qur’an

Firman-firman Allah SWT tentang anak yatim menegaskan bahwa anak yatim adalah orang yang harus dipelihara, dikasihi dan diperhatikan.

Siapa yang Termasuk Anak Yatim?

Hafidz Muftisany dalam bukunya yang berjudul Hikmah Memuliakan Anak Yatim menjelaskan pengertian anak yatim. Anak yatim adalah anak yang ditinggal oleh ayahnya ketika usia belum baligh atau masih kecil. Jika sang anak sudah baligh, maka tidak lagi disebut sebagai anak yatim.

Dalam buku Kasih Islam untuk Yatim yang disusun H. Brilly El-Rasheed, S.Pd, dijelaskan yatim secara istilah syariat adalah anak yang ditinggal meninggal dunia oleh ayahnya baik masih janin di dalam perut ibunya atau anak yang kecil dan belum baligh.

Menurut Ibnu Manzhur dalam Lisan Al Arab, sebagaimana dikutip dari buku Hak-Hak yang Wajib Anda Ketahui dalam Islam oleh Syaikh Muhammad Hassan, yatim adalah kalangan manusia yang sudah kehilangan ayahnya. Asal makna yatim dalam pengertian bahasa ialah Al Ghaflah atau yang terlupakan.

Asal makna yatim dalam pengertian bahasa ialah Al Infirad atau yang terasing dalam segala sesuatu. Ia tunggal tanpa ada bandingannya sama sekali.

Kedudukan Anak Yatim dalam Islam

Syaikh Muhammad Hassan dalam bukunya yang berjudul Hak-Hak yang Wajib Anda Ketahui dalam Islam, menjabarkan kedudukan anak yatim sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran dan As-Sunnah.

1. Perintah Ibadah dan Berbuat Baik pada Anak Yatim

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat An Nisa ayat 36,

۞ وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.

Ayat ini menegaskan perintah Allah SWT untuk mengesakan serta beribadah hanya kepada-Nya. Ayat ini juga sekaligus berisi perintah berbuat baik kepada anak-anak yatim.

2. Larangan Mengambil Hak Anak Yatim

Setiap anak yatim berhak atas harta yang mereka miliki. Harta ini tidak diperkenankan untuk digunakan atau bahkan dirampas.

Dalam surat Al-Isra ayat 34, Allah SWT berfirman,

وَلَا تَقْرَبُوا۟ مَالَ ٱلْيَتِيمِ إِلَّا بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُۥ ۚ وَأَوْفُوا۟ بِٱلْعَهْدِ ۖ إِنَّ ٱلْعَهْدَ كَانَ مَسْـُٔولًا

Artinya: Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.

Kemudian termaktub pula dalam surat An-Nisa ayat 2,

وَءَاتُوا۟ ٱلْيَتَٰمَىٰٓ أَمْوَٰلَهُمْ ۖ وَلَا تَتَبَدَّلُوا۟ ٱلْخَبِيثَ بِٱلطَّيِّبِ ۖ وَلَا تَأْكُلُوٓا۟ أَمْوَٰلَهُمْ إِلَىٰٓ أَمْوَٰلِكُمْ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا

Artinya: Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.

Ayat tersebut berisi pesan Allah SWT yang mewajibkan kepada pengurus anak yatim, jika ia kaya maka tidak boleh memakan harta mereka dan jika ia miskin ia boleh memakan dengan cara yang tidak berlebihan dan boros.

Memakan harta anak yatim akan mendapat balasan yang pedih, sebagaimana dijelaskan dalam surat An Nisa ayat 10,

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَٰلَ ٱلْيَتَٰمَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِى بُطُونِهِمْ نَارًا ۖ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).

3. Perintah Merawat Anak Yatim

Merawat dan memenuhi kebutuhan anak yatim merupakan perintah yang diturunkan langsung oleh Allah SWT. Dalam surat Al-Baqarah ayat 220, Allah SWT berfirman,

فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۗ وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْيَتَٰمَىٰ ۖ قُلْ إِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۖ وَإِن تُخَالِطُوهُمْ فَإِخْوَٰنُكُمْ ۚ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ ٱلْمُفْسِدَ مِنَ ٱلْمُصْلِحِ ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَأَعْنَتَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Artinya: Tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: “Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Aku dan penanggung anak yatim di surga nanti seperti ini.” (Beliau menunjukkan dua jarinya, yakni jari telunjuk dan jari tengah). HR Bukhari