Dalam menghadapi ketidakpastian kondisi ekonomi global beberapa waktu terakhir, sejumlah perusahaan startup di Indonesia mulai melakukan efisiensi operasional dengan memutus hubungan kerja karyawannya secara massal.
Belakangan ini, kondisi ekonomi global yang tidak stabil telah memengaruhi berbagai operasional bisnis di seluruh dunia, tidak terkecuali bagi industri startup di Indonesia.
Ditambah lagi, fenomena tech winter atau musim dingin teknologi yang terjadi beberapa waktu terakhir telah membuat nilai investasi dan pendapatan perusahaan startup cenderung menurun.
Tak heran, beberapa startup Indonesia mulai menangani ketidakstabilan tersebut dengan melakukan langkah-langkah efisiensi, seperti melaksanakan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal karyawannya.
1. Mekari
Baru-baru ini, Mekari, startup SaaS yang menyediakan layanan automasi bisnis berbasis cloud, mengumumkan bahwa telah melakukan PHK sekitar 70 karyawan atau 5 persen dari total karyawannya di pertengahan Desember 2024.
PHK karyawan ini dilakukan sebagai bagian dari strategi Mekari untuk berfokus pada prioritas utamanya hingga tahun 2025.
Adapun divisi yang terkena imbas PHK massal ini berasal dari tim layanan keuangan serta pengembangan alat internal. Sementara layanan utama Mekari, seperti Talenta, Klikpajak, Jurnal, Qontak, dan Mekari Sign akan tetap beroperasi seperti biasanya.
2. Tokopedia – TikTok Shop
Tokopedia melakukan PHK massal pada Juni 2024 yang berdampak pada 450 pekerja atau sekitar 9 persen dari total karyawannya.
Keputusan PHK ini merupakan yang pertama setelah Tokopedia diakuisisi oleh TikTok sebesar 75 persen dari total saham pada Desember 2023.
Tujuan dilakukan PHK tersebut adalah untuk mendukung strategi pertumbuhan perusahaan serta menyesuaikan struktur organisasi setelah penggabungan Tokopedia dan TikTok Shop.
Meski ada desas-desus bahwa PHK karyawan Tokopedia – TikTok Shop dilakukan untuk menggantikan karyawan dengan tenaga kerja asing Cina (TKA), Kementerian Ketenagakerjaan telah memastikan informasi tersebut tidak benar.
3. Xendit
Beralih ke startup penyedia infrastruktur dan sarana pembayaran untuk bisnis, Xendit Indonesia juga memutus hubungan kerja sebagian karyawannya pada awal tahun 2024 lalu.
Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menyeimbangkan dan memaksimalkan ketahanan jangka panjang perusahaan.
Adapun jumlah karyawan Xendit yang terkena dampak PHK massal ini tidak diketahui secara pasti.
4. Lamudi
Lamudi, startup di bidang properti, juga ikut terdampak tech winter yang membuatnya harus melakukan PHK massal karyawannya pada 17 Juli 2023. PHK ini dilakukan pada beberapa departemen yang ada di Lamudi, namun jumlahnya tidak diketahui secara pasti.
Berdasarkan keterangan CEO Lamudi Indonesia, Mart Polman, PHK tersebut dilakukan agar perusahaan bisa terus memberikan dan mengembangkan pelayanan terbaik bagi developer, bank, maupun 30 ribu agen properti yang bekerja sama.
5. JD.ID
Pada Desember 2022 lalu, JD.ID telah melakukan pemutusan hubungan kerja massal terhadap sekitar 200 karyawan atau 30 persen dari jumlah karyawan keseluruhan.
Kebijakan PHK ini dilakukan untuk menghadapi tantangan perubahan bisnis yang cukup cepat. Bahkan, JD.ID juga resmi menutup layanan e-commerce-nya di Indonesia pada 31 Maret 2023. Laman resminya pun telah dialihkan ke situs e-commerce yang beroperasi di Cina.
6. Ruangguru
Ruangguru dikabarkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap ratusan pegawainya pada 18 November 2022.
Dalam hal ini, pihak Ruangguru menegaskan bahwa jumlah karyawan yang terkena PHK tidak mencapai 50 persen dari jumlah karyawan.
Keputusan PHK ini dilakukan karena situasi pasar global yang kian memburuk secara drastis. Adamas Belva Syah Devara selaku CEO Ruangguru juga meminta maaf karena merasa gagal dalam mengantisipasi perkembangan ekonomi yang berujung pada PHK.
7. Shopee
Memiliki predikat startup decacorn tidak membuat Shopee terhindar dari badai PHK. Bahkan, pada periode 2022-2023, Shopee Indonesia telah melakukan PHK massal sebanyak 4 kali, yakni pada Juni 2022, September 2022, November 2022, dan Maret 2023.
Dari keempat gelombang PHK ini, terdapat total 6.503 karyawan Shopee yang terdampak. Jumlah tersebut merupakan 14,8 persen dari total karyawan di Shopee Indonesia.
Pihak Shopee sendiri menerangkan bahwa PHK massal ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi operasional serta langkah adaptasi dari kondisi ekonomi global yang tidak pasti.
8. LinkAja
LinkAja merupakan salah satu perusahaan startup yang menyediakan layanan uang elektronik dan dompet digital untuk menunjang kebutuhan transaksi cashless.
Startup asli buatan Indonesia ini diketahui juga melaksanakan reorganisasi sumber daya manusia (SDM) dengan melakukan pemutusan hubungan kerja sebagian karyawannya pada 2022 guna menyediakan kebutuhan dan fokus bisnis perusahaan saat ini.
Meski tidak menyebutkan jumlah pastinya, pihak LinkAja menekankan bahwa jumlah karyawan yang terkena PHK tidak mencapai 200 orang.
9. SiCepat Ekspres
SiCepat Ekspres juga menjadi salah satu startup logistik yang ikut terkena badai PHK pada tahun 2022.
Dalam keterangan resminya, SiCepat Ekspres menjelaskan bahwa PHK dilakukan terhadap 676 orang dari total 59.286 karyawan.
Wiwin Dewi Herawati selaku Chief Corporate Communication Officer SiCepat mengungkapkan, pemberhentian karyawan SiCepat ini merupakan bagian dari evaluasi manajemen di seluruh level.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas dan performa kerja, mengingat kompetisi di dunia ekspedisi terus mengetat seiring dengan perkembangan industri kreatif.(Sumber)