Rata-rata usia harapan hidup Indonesia telah meningkat. Namun masyarakat masih dihantui dengan sejumlah penyakit tidak menular dan menular seperti stroke, jantung, diabetes, dan TB.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata usia harapan hidup Indonesia pada tahun 2024 adalah 74,15 tahun, meningkat 0,22 tahun dari tahun sebelumnya.
Ini artinya, bayi yang baru lahir pada 2024 memiliki harapan hidup selama 74,15 tahun.
Tapi sayangnya, sampai saat ini Indonesia masih menghadapi tiga penyakit, yaitu Penyakit Menular (Communicable Disease), Penyakit Tidak Menular (Non-Communicable Disease), dan Penyakit Baru (New Emerging Infectious Disease).
Dari tiga jenis masalah penyakit tersebut, penyakit tidak menular menjadi penyakit dengan kematian tertinggi di Indonesia, yakni 7,03 juta kasus.
Jenis penyakit tidak menular yang umum terjadi ialah penyakit stroke dan jantung. Penyakit yang cukup wajar dialami di negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia.
Jenis Penyakit yang Menyebabkan Kematian Tertinggi di Indonesia
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan yang dikutip dari Tempo, berikut adalah penyakit-penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia:
1. Stroke – 131,8 kasus
Stroke menjadi penyakit pertama penyebab kematian terbanyak di Indonesia dengan angka kematian mencapai 131,8 per 100.000 penduduk.
Stroke merupakan sebuah penyakit dimana aliran darah ke otak terganggu atau berkurang.
Biasanya, penyakit ini umum terjadi oleh mereka yang punya gaya hidup tidak sehat seperti hipertensi, merokok, dan mengonsumsi makanan tinggi lemak.
Mengingat jumlah perokok aktif di Indonesia tembus mencapai 70 juta orang, tidak heran bila penyakit ini umum terjadi.
2. Serangan Jantung (Iskemik Jantung) – 95,68 kasus
Serangan jantung atau iskemik jantung menjadi penyakit terbanyak kedua yang menyebabkan kematian dengan jumlah kasus mencapai 95,68 per 100.000 penduduk.
Penyakit jantung iskemik adalah kondisi ketika aliran darah ke jantung berkurang atau berhenti, karena pembuluh darah arteri koroner yang membawa oksigen ke otot jantung mengalami penyempitan atau penyumbatan.
Sama seperti stroke, penyakit ini cukup sering menyerang masyarakat dengan gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, obesitas, dan kadar kolesterol tinggi.
3. Diabetes Melitus – 40,78 kasus
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi secara terus-menerus.
Di Indonesia, penyakit ini memiliki jumlah kasus yang cukup banyak, yakni 40,78 kasus per 100.000 penduduk.
Diabetes cukup berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai komplikasi kesehatan, seperti infeksi bakteri, penyembuhan luka yang lambat, hingga ancaman kematian.
Penyakit ini biasanya hanya menyerang orang yang melakukan gaya hidup tidak sehat, seperti terlalu banyak mengonsumsi makanan tinggi gula dan kurang melakukan aktivitas fisik.
Sebagai informasi, penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, tapi anak-anak juga banyak terserang penyakit ini.
4. Tuberkulosis (TB) – 33,24 kasus
Tuberkulosis atau TB termasuk salah satu penyakit menular yang menyumbang 33,24 kasus per 100.000 penduduk di Indonesia.
Penyakit ini bisa menularkan virus melalui infeksi bakteri bernama Mycobacterium Tuberculosis, yang menyerang paru-paru dan organ tubuh lainnya.
Gejala yang mudah diketahui ialah batuk berkepanjangan, demam ringan, dan penurunan berat badan.
5. Sirosis Hati – 33,06 kasus
Sirosis Hati adalah yang cukup berbahaya karena bisa menyebabkan komplikasi seperti gagal hati dan kanker hati. Di Indonesia, penyakit ini menyumbang 33,06 kasus per 100.000 penduduk.
Sirosis hati adalah sebuah penyakit yang terjadi saat jaringan hati rusak dan digantikan oleh jaringan parut, sehingga membuat organ hati tidak berfungsi secara normal.
BIasanya, pemicu penyakit ini adalah mengonsumsi alkohol berlebihan. Meski tidak menular, penyakit ini bisa diturunkan secara genetik.
6. Penyakit Paru Kronis – 28,89 kasus
Penyakit Paru Kronis sangat umum menjangkit masyarakat yang tinggai di kota besar yang penuh dengan polusi.
Sebagai salah satu negara dengan tingkat polusi udara tinggi dan jumlah perokok banyak, tidak heran bila paru kronis menjadi salah satu penyakit penyebab kematian terbanyak, sekitar 28,89 kasus per 100.000 penduduk.
Penyakit ini biasanya akan menyerang sistem pernapasan bagian bawah. Dampaknya, pengidap penyakit ini akan mengalami kesulitan bernapas.
7. Diare – 23,6 kasus
Terkesan sepele, ternyata diare menjadi salah satu penyakit yang menyumbang kematian terbanyak, sekitar 23,6 kasus per 100.000 penduduk.
Diare adalah sebuah kondisi saat penderitanya sering melakukan BAB dari biasanya, seperti lebih dari tiga kali sehari dengan tekstur tinja encer atau cair.
Sebagai informasi, penyakit ini umum menjangkit seseorang dengan fasilitas sanitasi buruk dan minim air bersih.
8. Hipertensi – 20,26 kasus
Di Indonesia, penyakit hipertensi menyumabng 20,26 kasus per 100.000 penduduk setiap tahunnya.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah sebuah penyakit di mana penderitanya akan mengalami tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Biasanya penyakit ini disebabkan oleh kelainan hormonal, pemakaian obat tertentu, dan masih banyak lainnya.
Bila tidak segera diobati, penyakit ini bisa memicu komplikasi, seperti stroke, gagal jantung, dan penyakit ginjal.
9. Infeksi Saluran Pernapasan Bawah 19,39 kasus
Infeksi saluran pernapasan bawah (ISPB) adalah sebuah penyakit pernapasan ringan hingga serius yang menyumbang 19,39 kasus per 100 ribu penduduk.
Penyakit ini biasanya menyerang bagian bawah sistem pernapasan, seperti paru-paru dan bronkus, melalui virus, bakteri, jamur, atau parasit.
ISPB juga termasuk salah satu penyakit menular yang bisa ditularkan melalui percikan cairan dari saluran pernapasan.
10. Neonatal (Kematian Bayi Baru Lahir) – 16,77 kasus
Di Indonesia, kasus kematian bayi baru lahir di periode neonatal ternyata cukup tinggi, yakni 16,77 kasus per 100 ribu penduduk.
Sebagai informasi, Neonatal merupakan sebuah istilah periode untuk bayi baru lahir atau 28 hari pertama kehidupan bayi.
Periode ini disebut sangat krusial karena sangat berisiko karena bayi masih memiliki tubuh yang sangat lemah dan rentan terhadap penyakit.
Maka dari itu, bila tidak diperhatikan dengan baik, bayi bisa mengalami kematian di periode ini.(Sumber)