Reliji  

Kenapa Dakwah Harus Dimulai Dari Akhlak? Ini Pesan Ustaz Adi Hidayat Untuk Muslim di Korea

Ulama muda kharismatik, Ustaz Adi Hidayat (UAH) menekankan bahwa dakwah tidak cukup hanya dengan ceramah dan kajian, tetapi harus diawali dengan akhlak yang baik. Pesan ini ia sampaikan pada tabligh akbar di Jangan University, Hwaseong, dalam safari dakwahnya di Korea Selatan, yang dihadiri oleh ratusan Muslim Indonesia yang tinggal di negeri ginseng tersebut.

Menurut UAH, dakwah di lingkungan minoritas seperti Korea Selatan memerlukan pendekatan yang lebih humanis dan solutif.

“Orang tidak akan tertarik kepada Islam jika yang mereka lihat adalah perilaku buruk dari pemeluknya. Tapi jika kita menunjukkan akhlak yang mulia, mereka akan bertanya dan tertarik sendiri,” ujarnya.

Ia mencontohkan bagaimana Islam berkembang di Nusantara bukan melalui perang atau paksaan, tetapi karena akhlak baik para pedagang Muslim yang datang dari Timur Tengah.

“Para pedagang Muslim dahulu tidak hanya membawa barang dagangan, tetapi juga kejujuran dan kepedulian sosial. Itu yang membuat orang-orang tertarik kepada Islam,” jelasnya.

Akhlak sebagai Identitas Muslim di Korea

Penulis Kitab At-Taisir tersebut juga mengingatkan bahwa sebagai minoritas, Muslim di Korea harus mampu menjaga citra Islam dengan perilaku yang baik.

“Ketika kalian berada di negeri orang, kalian tidak hanya membawa nama pribadi, tapi juga membawa nama Islam. Apa yang kalian lakukan akan menjadi cerminan Islam di mata mereka,” katanya.

Ia mengajak Muslim di Korea untuk selalu bersikap jujur dalam bekerja, disiplin dalam beraktivitas, serta peduli terhadap lingkungan sekitar. “Mulailah dari hal-hal kecil, seperti tidak membuang sampah sembarangan, menghormati aturan setempat, dan membantu sesama,” tambahnya.

Dakwah yang Menyentuh Hati

Lebih lanjut, UAH menekankan bahwa dakwah bukan hanya tentang menyampaikan ilmu, tetapi juga tentang bagaimana nilai-nilai Islam dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

“Jangan sibuk membahas halal dan haram jika akhlak kita masih belum bisa menjadi contoh. Orang tidak akan mau mendengar kajian kita jika sikap kita tidak mencerminkan ajaran Islam yang sebenarnya,” tegasnya.

Ia juga menceritakan bagaimana Nabi Muhammad SAW menaklukkan hati penduduk Makkah bukan dengan argumen, tetapi dengan kasih sayang dan akhlaknya yang luar biasa.

“Nabi bisa saja memaksakan Islam dengan kekuatan, tapi beliau memilih cara yang lebih lembut, yang pada akhirnya justru membuat orang-orang berbondong-bondong masuk Islam,” ujarnya.

Jadilah Muslim yang Menginspirasi

Di akhir kajiannya, UAH mengajak Muslim di Korea untuk menjadi duta Islam yang baik.

“Kalau kita ingin Islam dihormati, kita harus tunjukkan bahwa kita memang pantas dihormati. Bukan dengan marah-marah atau menyalahkan orang lain, tapi dengan menunjukkan Islam yang penuh kedamaian dan kasih sayang,” tuturnya.

Safari dakwah ini menjadi pengingat bagi Muslim di Korea bahwa dakwah terbaik bukanlah yang paling keras suaranya, tetapi yang paling tulus dan konsisten dalam menunjukkan akhlak mulia. Dengan pendekatan yang baik, Islam akan semakin diterima dan dihormati di manapun berada.