Tiga siswa SMAK Penabur Gading Serpong, Marco Samuel Manurung, Raphael Benedict Rustam, dan Raynard Dickinson, berhasil meraih medali emas dalam ajang International Robot Olympiad (IRO) yang digelar di Busan, Korea Selatan, pada 17-21 Januari 2025. Prestasi ini mereka capai berkat inovasi robot bawah air yang mereka ciptakan untuk membantu pekerjaan konstruksi di lingkungan akuatik.
Ketiga siswa tersebut mengembangkan robot bernama “UNCRANE” (Underwater Crane) yang mampu melakukan pembangunan langsung di bawah air tanpa bantuan penyelam. Ide ini berangkat dari banyaknya kasus kecelakaan kerja dalam proyek pembangunan bawah air yang kerap terjadi setiap tahunnya.
Marco menjelaskan dalam praktiknya, proyek pembangunan bawah air sering dilakukan di darat terlebih dahulu sebelum akhirnya dipindahkan ke dalam air. Menurut mereka, metode ini kurang efektif dan berisiko tinggi. “Misalnya, pada tahun 2024 di North Carolina terjadi kecelakaan kerja dalam proyek pembangunan bawah air,” ujar Marco.
Robot UNCRANE yang mereka rancang bekerja secara otomatis dan menggantung di atas permukaan air, sehingga mengurangi risiko bagi para pekerja. Raynard menuturkan bahwa bagian utama dari robot ini adalah mechanical arm yang berfungsi untuk memindahkan material ke dalam air tanpa intervensi manusia. “Dengan robot ini, kita bisa mengurangi kecelakaan kerja yang sering terjadi selama ini,” tambah Marco.
Perjuangan di Balik Kemenangan
Perjalanan ketiga siswa dalam kompetisi ini tidaklah mudah. Raynard dan Raphael yang aktif dalam ekstrakurikuler robotik awalnya mengikuti kompetisi di tingkat nasional yang diselenggarakan oleh UKRIDA. Untuk memenuhi persyaratan tim yang terdiri dari tiga orang, mereka mengajak Marco yang memiliki kemampuan public speaking dan bahasa Inggris yang baik.
Setelah memenangkan kompetisi nasional, mereka mendapat tawaran dari Robot Organizing Committee Indonesia (ROCI) untuk bertanding di IRO di Korea Selatan. Namun, persiapan mereka menghadapi berbagai kendala, terutama saat H-3 keberangkatan ketika mekanisme robot mengalami gangguan. “Kami harus membongkar ulang dan mengganti konsep karena ada banyak masalah yang muncul,” ungkap Raphael.
Meskipun sempat mengalami kebimbangan dan tekanan, dukungan dari guru serta tekad yang kuat membuat mereka tetap maju. “Banyak stres dan ragu, bahkan sempat ingin mundur dari kompetisi. Tapi kami percaya bahwa kerja keras dan doa akan membawa hasil,” ujar Raphael.
Keberhasilan ini menjadi pengalaman berharga bagi mereka dalam dunia robotik, yang mereka yakini dapat membuka peluang baru bagi pelajar SMA dalam mengejar kompetisi dan beasiswa universitas. “Robotik berkaitan erat dengan STEAM dan menjadi pembelajaran yang baik bagi siswa SMA,” kata Raphael.
Raynard berharap inovasi UNCRANE dapat terus dikembangkan dan bermanfaat di masa depan. “Puji Tuhan, kami bisa memenangkan kompetisi ini. Harapan kami, robot ini dapat benar-benar digunakan untuk membantu pembangunan bawah air,” pungkasnya.(Sumber)