News  

Solusi IHSG Tak Anjlok Lagi: Larang Politikus dan Aparat Masuk Bursa, Biarkan Mekanisme Pasar Bekerja

Deputy Director Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto mengingatkan pemeritah tak memandang remeh anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 6 persen. Apalagi, Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat menghentikan perdagangan saham untuk sementara, atau trading hailt.

“Ini perlu dikhawatirkan, sungguh ssuatu yang tidak wajar. Ini adalah bentuk protes diam, karena tidak ada saluran demokrasi lagi. Apapun hasil dari pembahasan UU kan pasti diketok palu, digolkan oleh DPR, karena 80 persen dikuasai koalisi. Jadi tidak ada saringan di DPR. Akhirnya market memvonis dengan caranya sendiri. Itu yang terjadi hari ini,” tutur Eko kepada Inilah.com di Jakarta, Selasa (18/3/2025).

Jika kemudian tidak teradi diskursus publik, kata Eko, audensi dengan publik yang cukup untuk menetapkan suatu aturan tertentu. Hal ini berimplikasi kepada pasar yang memang punya cara untuk mereka memberikan ‘statement’ dengan keluar dari pasar, atau menjual saham.

“Keluar dari pasar atau menjual saham itu adalah untuk menghindari pesimismenya dia, karena tidak ada ruang dialog yang cukup untuk membahas sebuah kebijakan tertentu. Saya rasa itu yang harus dikhawatirkan pemerintah,” tegasnya.

Selain itu, pemerintah kata dia mesti mengatasi hal ini dengan cara yang tepat. Jangan justru melibatkan aparat keamanan dan politisi untuk masuk ke bursa.

“Kalau melibatkan aparat keamanan atau politisi masuk bursa dan sebagainya, itu bukan malah memberikan confident, malah tambah amburadul dugaan saya. Kalau mekanisme pasar ya kembalikan ke pasar,” ungkapnya

Sebelumnya, IHSG mengalami koreksi signifikan, turun 5 persen ke level 6.148,1 pada sesi II perdagangan pada Selasa (18/3/2025), pukul 13.35 WIB.

Meskipun lebih baik dibanding sesi I yang turun 6,12 persen, kondisi ini tetap menyebabkan Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan trading halt.

Pada awal sesi II, sebanyak 650 saham mengalami penurunan, 65 saham menguat, dan 242 saham stagnan. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp11,45 triliun dengan volume perdagangan mencapai 17,82 miliar saham dalam 964 ribu transaksi.

“Jika kemudian exit strategi atau solusinya adalah mencoba mengendalikan pasar itu dengan cara-cara, atau katakanlah sanksi yang sifatnya (melibatkan aparat dan politisi), sebetulnya itu justru akan membuat market pesimis lagi,” ungkap Eko.(Sumber)