Lowongan kerja terbatas dengan syarat ketat, sedangkan pencari kerja terus bertambah.
Situasi yang saat ini, semakin rumit akibat badai pemutusan hubungan kerja atau PHK. Tak heran jika harus banting setir ke kerah biru demi bertahan hidup.
Viral di media sosial X, seseorang mencurahkan kesedihannya dalam sebuah cuitan. Ia mengungkap beberapa lulusan sarjana terkena PHK atau kontraknya tidak diperpanjang melamar pekerjaan sebagai asisten rumah tangga (ART) di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten.
Diketahui sepanjang 2024 sebanyak 77.965 pekerja mengalami PHK, Jakarta mencatat angka tertinggi yakni 17.085 orang, Jawa Tengah 13.130 orang, Banten 13.042 orang, Jawa Barat 10.661 orang.
Kemudian pada awal 2025 jumlah korban PHK mencapai 3.325 orang, dengan mayoritas berasal dari Jakarta 2.650 orang.
Angkatan kerja yang terus bertambah pada Agustus 2024 jumlah angkatan kerja mencapai 152,11 juta orang, terdiri dari 144,64 juta penduduk bekerja dan 7,47 juta pengangguran.
Dibandingkan Agustus 2023, jumlah penduduk bekerja bertambah 4,79 juta orang, sementara jumlah pengangguran turun 390.000 orang.
Sebanyak 57,95% pekerja berada di sektor informal, sementara 42,05% bekerja di sektor formal.
Sehingga kondisi tersebut menyebabkan banyak lulusan diploma dan sarjana beralih ke pekerjaan kerah biru.
Persaingan kerja semakin ketat, dengan perusahaan menaikkan standar rekrutmen. Jika dahulu lulusan SMU bersaing dengan lulusan S1, kini lulusan S1 harus bersaing dengan lulusan S2.
Kualifikasi pencari kerja yang tidak selaras dengan kebutuhan industri sehingga membuat banyak tenaga kerja terserap ke sektor informal.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi yang ada hanya mampu menyerap 100.000 tenaga kerja per 1 % pertumbuhan.
Hal ini jauh lebih rendah dibandingkan masa lalu yang mencapai 400.000 tenaga kerja. (Sumber)