News  

Trump Menang Strategi, Anthony Budiawan: Perang Dagang Justru Menguntungkan Amerika

Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan/Net

Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menuai sorotan dunia internasional. Kebijakan tarif resiprokal yang sejak awal menuai kritik karena dianggap dapat memicu perang dagang global, justru kini mulai menunjukkan hasil yang mengejutkan. Menurut Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies), alih-alih membuat Amerika terpuruk, strategi Trump justru menempatkan Negeri Paman Sam di atas angin.

“Fakta menunjukkan bahwa hanya tiga pihak yang benar-benar melakukan retaliasi: China, Kanada, dan Uni Eropa,” ujar Anthony kepada Radar Aktual, Selasa (8/4/2025). Sementara lebih dari 50 negara lainnya justru memilih pendekatan damai dengan membuka pintu negosiasi terhadap tarif Amerika.

Negara-negara tersebut, termasuk Jepang dan Vietnam, telah menyampaikan kesiapan mereka untuk membuka kembali diskusi perdagangan bilateral dengan Washington. Bahkan Uni Eropa, yang semula bersikap keras, mulai melunak dan menyatakan lebih memilih negosiasi daripada konfrontasi terbuka.

Anthony menekankan bahwa posisi Amerika saat ini sangat unik: mereka dalam kondisi nothing to lose. Dengan defisit perdagangan yang hampir menyentuh angka satu triliun dolar AS, segala bentuk tindakan—baik perang tarif maupun perundingan—akan tetap mengarah pada perbaikan neraca perdagangan Amerika.

“Amerika sangat siap. Mereka tahu apa yang mereka mau dan tahu bagaimana cara mencapainya,” tegas Anthony. Dalam pandangannya, Amerika tidak hanya menargetkan penghapusan tarif, tetapi juga hambatan non-tarif yang selama ini menghambat masuknya produk-produk AS ke pasar global.

Salah satu contoh konkret adalah penolakan Trump terhadap tawaran Vietnam untuk menghapus seluruh tarif terhadap barang-barang AS. Alasannya jelas: itu belum cukup. Amerika menuntut penghapusan hambatan non-tarif secara total. “Tidak ada kompromi. Tidak ada negosiasi. Take it or leave it,” ujar Anthony menirukan pendekatan Trump.

Langkah Trump dinilai sangat serius dan konsisten dengan tujuan akhirnya: menciptakan neraca perdagangan yang seimbang, bahkan idealnya tanpa defisit (zero deficit). Sebuah tujuan yang selama ini dianggap mustahil oleh para pendahulunya.

Namun, Anthony juga mengingatkan bahwa jalan menuju keseimbangan itu masih panjang dan penuh ketidakpastian. Dunia belum sepenuhnya siap menghadapi konsekuensi dari perubahan besar dalam arsitektur perdagangan global yang sedang diupayakan oleh Trump.

“Perjalanan masih panjang, dan kita masih harus melalui jalan terjal dan berliku,” tutup Anthony.