News  

Survei Harvard Sebut Indonesia Negara Paling Berkembang, Kalahkan Israel dan Inggris

Indonesia disebut sebagai negara paling berkembang berdasarkan survei yang dilakukan Universitas Harvard.

Bahkan Indonesia mampu mengalahkan Israel, serta negara besar seperti Israel dan Inggris

Pada penelitian yang disebut Studi Perkembangan Global, survei itu menanyakan tentang kesehatan fisik, kebahagiaan, rasa makna, karakter, hubungan, keamanan finansial, dan kesejahteraan spiritual seseorang.

Para peneliti menilai faktor-faktor tersebut mampu membentuk ukuran holistik dari kemakmuran,

Survei itu melibatkan lebih dari 200.000 orang di 22 negara, dan mencakup enam benua. Hal itu menjadikannya salah satu survei kesejahteraan terbesar di dunia.

Dikutip dari Euronews, Rabu (30/4/2025), berdasarkan survei tersebut, Indonesia memiliki skor perkembangan tertinggi.

Setelahnya diikuti Israel, juga negara Asia Tenggara lainnya, Filipina.

Sedangkan Inggris dan Turki menjadi tiga negara dengan skor terbawah, yang dilanjutkan Jepang di juru kunci.

“Urutan negara-negara ini tak selalu sesuai dengan yang kami antisipasi,” ujar salah satu penulis studi dan peneliti Universitas Harvard, Tyler VanderWeele.

“Meski negara-negara yang lebih kaya dan maju melaporkan hal-hal yang lebih tinggi seperti keamanan finansial, dan juga evaluasi hidup, mereka tak melaporkan hal yang sama tingginya dalam hal makna, hubungan, dan karakter pro-sosial,” ucapnya.

Temuan survei Harvard itu bertentangan dengan Laporan Kebahagiaan Dunia Tanunan di mana negara-negara Eropa cenderung mendominasi posisi teratas.

Swedia misalnya, berada di posisi keempat dalam laporan kebahagiaan.

VanderWeele mengatakan hal itu bisa jadi karena laporan untuk perkembangan lebih komprehensif, sedangkan studi kebahagiaan didasarkan bagaimana orang mengevaluasi kehidupan mereka.

“Begitu Anda memperhitungkan aspek-aspek kesejahteraan lainnya, daftarnya benar-benar terlihat berbeda,” ujarnya.

Para peneliti mencatat bahwa mungkin sulit membandingkan negara secara langsung dalam survei karena perbedaan bahasa dan budaya, yang membentuk cara orang menanggapi kuesioner.

(Sumber)