Bahlil Lahadalia: Posisi RI Penting Bagi Dunia Global, Terutama Soal SDA

Bidang Media dan Penggalangan Opini (MPO) DPP Partai Golkar menggelar kegiatan diskusi yang mengangkat tema ‘Arah Kebijakan Geostrategi dan Geopilitik Indonesia’. Acara diskusi ini digelar di kantor DPP Partai Golkar pada Kamis, 8 Mei 2025.

Tema yang diangkat ini merujuk pada kegentingan situasi dan dinamika global serta korelasinya terhadap posisi Indonesia di pergaulan dunia. Sehingga penting bagi Partai Golkar merumuskan sebuah roadmap guna memberi masukkan kepada pemerintah terhadap kebijakan diplomasi luar negeri Indonesia.

Dalam keynote speech, Ketua Umum DPP Partai Golkar Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa geopolitik dan geostrategis menjadi hal fundamental dewasa ini. Partai Golkar patut memberi perhatian lebih pada persoalan geopolitik dan geostrategis ini.

“Golkar dalam kurun waktu 6-7 bulan selalu melakukan penyesuaian adaptif terhadap perkembangan global dan nasional. Kita tahu bahwa kondisi geopolitik sekarang tidak menentu dan dimulai sejak tahun 2018. Sejak munculnya perang dagang AS dan China. Perang dagang itu kemudian tidak berakhir, hanya break saat Covid. Pasca Covid muncul suatu kesadaran pemulihan ekonomi,” ujar Bahlil Lahadalia dalam penyampaiannya dikutip redaksi Golkarpedia.

Setelah covid, perang dagang tak terlalu mencuat ke permukaan. Alih-alih berlanjut, justru yang terjadi perang antara Ukraina dan Rusia. Namun Bahlil mengajak kita menelisik kaitan kedua negara ini dengan AS dan China. Sehingga perang Rusia dan Ukraina tak hanya berakibat pada kerugian dua negara, tapi kondisi ekonomi seluruh dunia benar-benar mengkhawatirkan.

Di tengah kondisi yang tak pasti, Bahlil menyelipkan optimisme bahwa dalam persoalan geopolitik kita harus utamakan kepentingan kita sendiri. Ini menjadi kemahfuman universal. Bahwa konsensus-konsensus kawasan tak berlaku lagi. Yang ada hanyalah persoalan negara mereka masing-masing.

“Geopolitik ini mau tidak mau memaksa negara kita harus berpikir cerdas. Kenapa? Karena ketika tarif kita dinaikkan, kita harus buka pasar baru atau kuatkan pasar domestik. Tapi ini tidak semata-mata persoalan dagang. Kalau begitu, kita harus berpikir geostrategis karena ini marwah negara. Kita harus analisis data dengan instrumen SWOT. Sekarang semua negara mengamankan kepentingan domestiknya. Semua orang bicara bagaimana negara aman. Lalu kepada siapa lagi kita akan percaya ke dunia ini? Ini bagian dari Geostrategis,” tegas Menteri ESDM ini.

Bahlil melanjutkan, posisi Indonesia sebenarnya penting bagi dunia global. Terlebih pada persoalan sumber daya alam. Oleh karena itu, kita harus memanfaatkan keunggulan komparatif kita sebagai penguat posisi tawar di hadapan dunia, termasuk Amerika Serikat dan China.

“Bagaimana dengan Indonesia? Kita adalah penduduk terbesar dunia keempat. Terbesar di Asia Tenggara. Ekonomi, kita satu-satunya negara ASEAN yang masuk negara G20. Artinya kue ekonomi kita besar. Ketiga SDA kita sangat melimpah. Kelemahan kita apa? Pasar besar tapi produk high technology belum maksimal, serta penetrasi pasar global yang belum maksimal. Kalau kita ingin mengamankan kondisi negara kita, kuncinya di persoalan ekonomi. Kita harus perkuat daya beli. Jika ingin perkuat daya beli kita harus memastikan pendapatan. Kalau bicara ketetapan pendapatan, ini persoalan kesempatan kerja,” pungkas Bahlil Lahadalia.

Acara diskusi ini dihadiri langsung oleh Sekjen DPP Partai Golkar, M. Sarmuji; Waketum Bidang Elektoral 1 Yang Juga Gubernur Lemhannas, Ace Hasan Syadzily; Waketum Bidang Elektoral 2 Yang Juga Menkomdigi l, Meutya Hafid;
Ketua Bidang MPO DPP Partai Golkar, Nurul Arifin; anggota Fraksi Partai Golkar DPR RI: Taufan Pawe, Rikwanto; Ketua Umum Satkar Ulama Idris Laena; Sekjen PP KPPG Noviyanti; para senior Partai Golkar Rambe Kamarul Zaman dan Musfihin Dahlan. (Golkarpedia)