News  

Sindrom Kekuasaan Jokowi vs Sterilisasi Kabinet: Bisakah Prabowo Hapus Bayang-Bayang ‘Matahari Kembar’?

Pakar kebijakan publik Riko Noviantoro menyoroti “sindrom kekuasaan” yang masih melekat pada Jokowi pasca-lengser. Kunjungan menteri Prabowo dan Sespimmen Polri ke rumah mantan presiden itu dinilai sebagai bukti Jokowi masih ingin berkuasa. “Ini power syndrome sejati. Dia gagal bertransformasi jadi warga sipil biasa,” tegas Riko (24/4/2025).

Analisis ini kian relevan dengan maraknya isu “loyalitas ganda” di Kabinet Merah Putih. Sejumlah menteri seperti Sakti Wahyu Trenggono (Kelautan) dan Budi Gunadi Sadikin (Kesehatan) disebut masih patuh pada Jokowi, bahkan memengaruhi kebijakan strategis seperti kelanjutan proyek IKN. “Prabowo kurang setuju dengan IKN karena beban finansial, tapi tekanan menteri pro-Jokowi membuatnya sulit mundur,” papar Riko.

Persoalan ini memantik wacana “sterilisasi kabinet”. Forum Purnawirawan TNI pun mendesak Prabowo membersihkan menteri yang dianggap bermain dua kaki. Namun, politisi Gerindra Bob Hasan enggan berkomentar: “Itu ranah pribadi Presiden.” Sementara Jubir PDIP Guntur Romli memperingatkan risiko “gerhana matahari politik” jika Jokowi terus bersinar melebihi Prabowo.

Di tengah polemik, mantan Presiden Jokowi membantah intervensi: “Saya sudah tidak punya jabatan.” Tapi, langkah Prabowo mengutusnya ke pemakaman Paus di Vatikan (21/4) justru memicu tanya: akankah “matahari kembar” tetap menjadi bayangan pemerintahan?.(Sumber)