Kasus keracunan massal akibat konsumsi makanan dari program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus menuai sorotan. Terbaru, Pemkot Bogor menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) usai ratusan anak keracunan pasca-menyantap MBG.
Pakar global health security dari Griffith University dan Yarsi University, Dicky Budiman, mengingatkan keracunan makanan pada anak bukanlah persoalan sepele. Selain mengganggu kesehatan jangka pendek, dampaknya bisa berbahaya hingga mengancam jiwa.
“Karena sistem kekebalan anak masih berkembang. Lebih rentan terhadap infeksi dan toksin. Kemudian juga efek jangka panjang dapat berisiko adanya dampak terhadap organ. Bahkan risiko lebih serius kematian,” ujar Dicky kepada Inilah.com, Jakarta, Senin (12/5/2025).
Selain risiko kesehatan, Dicky juga menyoroti potensi krisis kepercayaan masyarakat terhadap program intervensi gizi seperti MBG. Menurutnya, kasus keracunan yang berulang dapat merusak citra program dan menurunkan partisipasi publik.
“Kemudian juga keracunan makanan pada anak ini juga dapat berdampak buruk terhadap kepercayaan masyarakat terhadap intervensi gizi. Ini yang harus diingat oleh pemerintah,” ucap Dicky.
Ia menekankan, meski program MBG bertujuan baik untuk memperbaiki status gizi anak, aspek keamanan pangan tidak boleh diabaikan.
“Selain adanya kejadian KLB ini. Bahwa program gizi itu tetap sangat penting. Tapi harus bebas dari risiko kesehatan. Ini yang tidak boleh ditolerir sekali lagi. Memanjakan racunan makanan, mau satu dua itu tidak boleh ditolerir,” katanya.
Dicky mengacu pada standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyerukan prinsip zero tolerance terhadap kasus keracunan makanan, khususnya pada populasi rentan seperti anak-anak.
“WHO menekankan bahwa food safety is everyone’s business. Lima kunci utama keamanan pangan itu harus diterapkan: jaga kebersihan, pisahkan makanan mentah dan matang, masak secara menyeluruh, simpan pada suhu aman, dan gunakan air serta bahan baku yang aman,” paparnya.
Sebelumnya, meski terjadi KLB keracunan di sejumlah daerah, termasuk Bogor dan Cianjur, Dicky berpendapat kalau MBG tidak perlu dihentikan secara permanen.
Sebab menurut Dicky, program MBG sejatinya memiliki tujuan mulia untuk meningkatkan status gizi anak. Namun, ia mengingatkan jika aspek keamanan pangan tidak dijaga dengan ketat, maka seluruh intervensi ini justru bisa berbalik membahayakan anak-anak yang menjadi sasaran utamanya.
“Jawaban saya, MBG tidak perlu dihentikan selamanya. Tapi harus direformasi total. Intervensi gizi seperti MBG ini sangat penting sekali lagi untuk meningkatkan status gizi anak sekolah,” ucapnya.
Ia menyarankan sebaiknya pemerintah harus segera menghentikan sejumlah praktik bermasalah dalam pelaksanaan MBG yang dikelola Badan Gizi Nasional (BGN) dan kerap menjadi sumber keracunan makanan di sekolah.(Sumber)