News  

Bank Dunia Ungkap 60,3 Persen Penduduk Indonesia Hidup Miskin

World Bank atau Bank Dunia baru-baru ini merilis data terbaru angka kemiskinan di seluruh dunia, termasuk angka kemiskinan di Indonesia.

Dalam laporannya berjudul Macro Poverty Outlook 2025 yang dirilis pada 10 April lalu, data tingkat kemiskinan di Indonesia sangat tinggi, bahkan jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah salah satu yang tertinggi di dunia dari sisi persentase.

Dalam perhitungan angka kemiskinan di Indonesia, Bank Dunia mengelompokkan Indonesia sebagai kelompok ekonomi menengah ke atas (upper middle income country).

Dengan dimikian formula yang dipakai Bank Dunia adalah pendapatan penduduk 6,85 dollar AS atau setara Rp 111.600 (kurs Rp 16.290) per kapita per hari sesuai dengan rumus untuk upper middle-income poverty rate.

Artinya, penduduk yang penghasilannya tak sampai 6,85 dollar per hari, maka dikategorikan sebagai penduduk miskin versi Bank Dunia.

Formula menentukan jumlah penduduk miskin di Indonesia antara Bank Dunia ini tentu saja berbeda dengan perhitungan versi Badan Pusat Statistik (BPS).

Kalkulasi angka kemiskinan BPS selalu mengacu pada garis kemiskinan nasional per kapita yang ditetapkan Rp 595.242 per bulan.

Angka kemiskinan di Indonesia versi Bank Dunia
Dengan formula di atas, menurut Bank Dunia sebagaimana dilaporkan dalam Macro Poverty Outlook 2025, per 2024 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 60,3 persen.

Data tingkat kemiskinan di Indonesia ini menurun tipis bila dibandingkan pada tahun 2023, di mana angka kemiskinan di Indonesia versi Bank Dunia sebayak 61,8 persen.

Masih mengacu pada data dari Bank Dunia, maka jumlah penduduk miskin di Indonesia berada di urutan keempat terbanyak dari sisi persentase di dunia. Berikut rangkingnya:

Afrika Selatan: 63,4 persen
Namibia: 62,5 persen
Botswana: 61,9 persen
Indonesia: 60,3 persen
Guatemala: 57,3 persen
Guinea Khatulistiwa: 57 persen
Armenia: 51 persen
Fiji: 50,1 persen
Georgia: 35,6 persen
Gabon: 34,6 persen
Bank Dunia juga mencatat pertumbuhan ekonomi atau kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 5 persen pada tahun 2024. Lalu angka lapangan kerja mencapai 67,2 persen, dan inflasi 2,3 persen.

“Pertumbuhan ekonomi tetap terjaga, kemiskinan dan pengangguran menurun, tetapi penciptaan lapangan kerja baru untuk kelas menengah masih jauh tertinggal. Ketidakpastian kebijakan global dan domestik memicu arus keluar investasi, sehingga menekan rupiah,” tulis Bank Dunia dalam rangkuman laporannya tentang ekonomi Indonesia.

Bank Dunia menyebut, ketidakpastian regulasi di Indonesia jadi alasan banyak investasi kabur. Untuk bisa mencapai pertumbuhan sesuai target, pemerintah Indonesia perlu melakukan reformasi struktural.

“Pertumbuhan diproyeksikan mencapai rata-rata 4,8 persen hingga 2027, tetapi ketidakpastian dalam kebijakan perdagangan dapat memengaruhi investasi dan pertumbuhan. Reformasi struktural untuk mempercepat pertumbuhan produktivitas, di samping kehati-hatian fiskal dan moneter, merupakan kunci untuk memajukan agenda pertumbuhan pemerintah,” tulis Bank Dunia.(Sumber)